Scroll untuk baca artikel
Opini

Anies, ‘Oemar Bakri’ dan Pendidikan untuk Orang Miskin

×

Anies, ‘Oemar Bakri’ dan Pendidikan untuk Orang Miskin

Sebarkan artikel ini
Suasana penganugerahan gelar kehormatan Tuan Penata Negara kepada Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta oleh Marga Pak Tubaba pada 8 Mei 2022
Suasana penganugerahan gelar kehormatan Tuan Penata Negara kepada Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta oleh Marga Pak Tubaba pada 8 Mei 2022

Dari Wikipedia tersebut disebutkan Aceh Singkil sampai Pegunungan Bintang Papua merupakan bagian dari 38 Kabupaten yang didatangi guru Gerakan Indonesia Mengajar. Ribuan guru-guru tersebut bertarung untuk memajukan pendidikan nasional.

Kejelian Anies ini tentu saja berakar dari nasibnya sebagai anak guru (Oemar Bakri kata Iwan Fals). Bapaknya dosen UII dan ibunya dosen UNY. Sebagai anak guru Anies faham bahwa pendidikan hanya bisa diatasi jika guru tersedia. Tentu saja persoalan besar lainnya dalam sistem pendidikan kita banyak menanti penyelesaian, seperti, anggaran pendidikan, “link and match” pendidikan dengan dunia kerja, tanggung jawab orangtua murid dlsb.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Namun, dengan fokus pada persoalan guru dan penyelesaiannya, maka setengah persoalan akan selesai.

Tantangan guru ke depan memasuki fase lebih sulit lagi dalam era digital. Selain urusan gaji dan kesejahteraan lainnya, gru harus dipompa kompetensinya. Bagaimana meng kolaborasi “Chat gpt, chat bot, Bing Microsoft” dan semua internet of things dalam sistem pendidikan kita? Guru yang sejahtera dan melek IT akan membuat adanya kehormatan pada kehidupan guru. Dan Anies, sebagai anak guru pasti faham mengatasi hal ini.

Renungan Penutup

Spektrum persoalan pendidikan kita begitu besar dan dahsyat. Pendidikan sangat mahal dan hanya memproduksi orang kaya semakin unggul, karena mereka mampu membiayai keperluan pendidikan anak-anak mereka, seperti bimbel-bimbel privat dll. Ini dengan asumsi pertarungan murni, bukan membeli kursi masuk Perguruan Tinggi sebagimana kasus di Universitas Lampung dan Udayana serta lainnya.

BACA JUGA :  Diferensiasi Anies

Di Belanda, misalnya, anak orang miskin bisa lulus menjadi dokter dari Leiden University. Kenapa, karena guru di sekolah sudah cukup pintar menjadikan anak pintar, tidak perlu bimbel. Kualitas guru top. Tentu kesejahteraan guru tinggi. Pendidikan juga tidak mahal, menjangkau semua kalangan. Negara mengintervensi sehingga biaya pendidikan murah.
Dalam tulisan ini kita fokus pada guru.

Kita renungkan jika jutaan guru-guru di Indonesia menyebar dengan semangat pengabdian tinggi, tentu karena kesejahteraan tinggi, maka seluruh pelosok akan mempunyai pendidikan berkualitas. Sekolah sekolah menjadi pusat mobilisasi vertikal orang-orang miskin bisa sekolah tinggi.