TANGGAMUS — Sebuah bangunan megah berdiri kokoh di Pekon Dadirejo, Kecamatan Wonosobo. Papan namanya bertuliskan gagah, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wonosobo. Tapi siapa sangka, di balik kemegahan itu… sunyi. Senyap.
Suasana kantor BPP Kecamatan Wokosobo pagi itu nampak seperti gedung yang sedang berpuasa dari kegiatan, Jumat pagi (17/10/2025) sekitar pukul 09.30 WIB.
Wartawan Wawai News yang datang ke lokasi dengan niat mulia untuk konfirmasi soal keluhan petani, justru merasa seperti peserta uji nyali. Tak ada suara, tak ada manusia, bahkan jangkrik pun tampak ragu untuk bersuara.
Warga sekitar mengaku, dari pagi belum melihat aktivitas apa pun, mungkin masih melakukan kegiatan penyululuhan, begitulah kira-kira asumsi warga.
“Biasanya sih ada satu dua orang, tapi pagi ini kosong aja. Mungkin lagi penyuluhan ke luar, atau dinas luar, atau luar biasa sibuk di tempat lain,” ujar salah satu warga sambil menahan tawa kecil.
Menariknya, di halaman BPP masih terlihat bekas tapak kendaraan mobil, diperkirakan sehari sebelumnya dengan kata lain kemarin, seolah menandakan, “Kami pernah ada di sini, tapi jangan harap ketemu.”
Gedungnya sendiri tampak mewah, cat putih masih cerah, walaupun ada sebagian dinding yang mengelupas, papan nama kinclong, rumput tertata rapi. Sayangnya, hanya aktivitas manusianya yang “hilang dari radar”.
Kalau bukan karena papan nama besar di depan, mungkin orang akan mengira bangunan itu vila pejabat atau rumah dinas yang lupa diisi.
Keberadaan BPP sejatinya sangat penting tempat di mana petani bisa berkonsultasi soal pupuk, hama, dan nasib pertanian. Namun pagi itu, yang bisa dikonsultasikan hanyalah semilir angin dan dinding tembok tebal yang dingin.
Masyarakat berharap, balai penyuluhan yang megah itu tidak hanya jadi monumen penyuluhan tanpa penyuluh. Karena sayang sekali, gedung semegah itu bila hanya dijadikan tempat parkir nostalgia.
Atau seperti kata warga yang paling bijak di lokasi. “Gedungnya sih penyuluhan, tapi yang disuluh kayaknya malah gedungnya sendiri biar nggak kedinginan.” ***