Scroll untuk baca artikel
Lingkungan HidupZona Bekasi

Bekasi Sambut HUT RI ke-80 dengan ‘Festival Sampah’ di Irigasi: Petani Siap Kirim Hadiah ke DLH

×

Bekasi Sambut HUT RI ke-80 dengan ‘Festival Sampah’ di Irigasi: Petani Siap Kirim Hadiah ke DLH

Sebarkan artikel ini
Menjelang perayaan kemerdekaan, petani di utara Kabupaten Bekasi justru masih dijajah oleh sampah. Kali Srengseng Hilir yang biasanya jadi urat nadi irigasi ribuan petani kini lebih mirip gudang rongsok mulai dari plastik, perabotan rumah tangga, sampai bau yang bisa membuat hidung menyerah., Minggu 10 Agustus 2025 - foto doc

BEKASI – Menjelang perayaan kemerdekaan, petani di utara Kabupaten Bekasi justru masih dijajah oleh sampah. Kali Srengseng Hilir yang biasanya jadi urat nadi irigasi ribuan petani kini lebih mirip gudang rongsok mulai dari plastik, perabotan rumah tangga, sampai bau yang bisa membuat hidung menyerah.

Kalau daerah lain sibuk menghias gapura dan lomba tarik tambang, Bekasi punya hamparan di Kali Srengseng Hilir, saluran irigasi vital untuk ribuan petani wilayah utara.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Bedanya, ini bukan dekorasi lomba 17-an, tapi ‘warisan’ tahunan yang tak kunjung dibereskan.

Kali yang kering memperlihatkan wajah aslinya, kasur bekas, botol plastik, dan ‘fosil’ perabot rumah tangga berjejer manis di pintu air Sukatani. Semua dibiarkan menjadi pameran terbuka tanpa tiket masuk.

BACA JUGA :  BPKD Bekasi Dianggap 'Omdo', FKMPB: Janji Penyelesaian Aset Tak Jelas

Petani Penggerak Gotong Royong (PGR) mengaku heran. “Sebetulnya petugas DLH itu pegawai tetap atau pekerja harian lepas? Soalnya, kalau liat cara kerjanya, mirip freelancer yang cuma muncul kalau dipanggil,” sindir salah satu warga, Minggu (10/8/2025).

Mereka geram karena sampah tak juga diangkut meski keluhan sudah seperti lagu request di radio diputar terus, tapi tak pernah ditanggapi. “Kalau teriakan masyarakat cuma dianggap angin lalu, ya sudah, kita ramai-ramai grudug aja kantornya. Buat apa ada dinas kalau fungsinya ngambang seperti sampah di kali,” tambahnya.

Ketua PGR, Ustadz Jejen, bahkan sudah menyiapkan ‘plan B’, kirim sampah langsung ke laut, seperti yang pernah dilakukan pada 2022. “Kalau mereka malas angkut, ya kita kirimkan bonus ke laut. Minimal ikan-ikan tahu kita peduli,” selorohnya.

BACA JUGA :  Rencana TPA Sampah di Desa Tanjung Sari Ditolak Kades se-Lampung Selatan

Petani juga mempertanyakan koordinasi, ini kewenangan DLH, PJT, atau TPOP? Karena selama ini, kalau sampahnya parah, jawabannya klise, “Tunggu perintah.” Padahal, petani harus berjibaku sendiri mengangkat tumpukan yang kadang lebih tinggi dari galangan sawah.

Masalah bukan hanya sampah, tapi juga pintu air yang kadang ditutup oknum tanpa alasan jelas. “Kalau debit air sudah deras, buka aja! Kalau ada saluran yang nggak kebagian air, berarti sedimennya sudah tinggi. Tinggal diangkat, tapi tanggung jawab masing-masing wilayah,” jelas warga.

Ironisnya, uang rakyat sudah digelontorkan untuk bangun pintu air, keruk sungai, bahkan bayar gaji petugas. Tapi kalau disuruh bersihkan sampah, jawabannya seperti drama FTV “Tunggu perintah, ya.”

BACA JUGA :  Bentrok Antar Ormas di Bekasi, Dua Anggota FBR Akhirnya Meninggal

Para petani saat ini sedang melakukan penguraian sampah yang menutupi saluran irigasi di sepanjang irigasi SS Serengseng hilir dan dihanyutkan mengikuti arus air ke arah hilir

Petani Bekasi sepakat merdeka itu kalau mereka bebas dari sampah, bukan cuma bebas dari penjajahan. Kalau tidak, HUT RI tahun depan mungkin dirayakan dengan lomba mengangkut sampah terbanyak dari irigasi.***