Menurutnya perkebunan kopi yang dibudidayakan diuntungkan dengan kondisi alam. Kopi Robusta dianggap paling cocok di wilayah Jangkat, sehingga petani kopi tak perlu memberi pupuk pada tanamannya tapi kualitas kopi tetap terbaik dan bersaing dengan daerah lain di Indonesia sebagai kopi herbal istilah kekinian.
“Kopi Jangkat, dikirim ke berbagai wilayah seperti Lampung dan Medan, hingga ke wilayah Pulau Jawa. Perkebunan Kopi di Jangkat setiap hari panen, karena ada istilah petik buah penyelang sehari bisa ratusan kilo, selain panen raya,” ungkap Susi pemilik puluhan hektar perkebunan Kopi.
BACA JUGA: Kopi Robusta Miliki Peluang Cerah, Lampung Harus Ambil Peluang
Salman Kepala Desa Rantau Suli, Kecamatan Jangkat Timur, Kabupaten Merangin, mengakui bahwa wilayahnya diuntungkan dengan geografis atau faktor alam sehingga konsistensi panen tanaman kopi oleh petani terjamin setiap bulannya.
“Kopi Jangkat ini ada istilah masa agung atau panen raya. Tapi ada istilah panen sela dari buah penyelang sehingga konsitensi hasil panen terjaga. Ini mungkin yang membedakan dengan daerah lain baik di Sumsel atau Lampung,”ungkap Salman.
Menurutnya semua lahan pertanian di wilayah Jangkat dimiliki oleh pribadi dikelola oleh warga termasuk di Desa Rantau Suli. Satu kepala keluarga jelasnya minimal memiliki 2 hektar perkebunan kopi.
BACA JUGA: 6 Merek Kopi Miliki Kandungan Bahan Kimia Berbahaya
“Untuk Desa Rantau Suli, Jangkat Timur sendiri satu KK, rata-rata memiliki perkebunan 2 hektar. Bisa saja ditanam kopi atau kayu manis, perkebunan kopi dan kayu manis hampir sama jumlahnya,” paparnya.
Namun demikian selama ini masyarakat petani kopi masih bertani dan menjual secara mandiri. Belum ada pengelolaan untuk pemasaran. Kades Salman menyebut petani kopi masih mencari pembeli yang terbaik seperti pengepul atau istilah setempatnya disebut ‘Toke’.









