Fasilitasi penyediaan rubuha dan pemantauan populasi burung hantu menjadi bagian penting dari pengelolaan ekosistem pertanian yang sehat dan berkelanjutan.
Dalam acara simbolis panen raya di Majalengka, Jawa Barat, Presiden Prabowo Subianto berencana memborong 1.000 ekor burung hantu untuk membantu petani mengatasi masalah hama tikus.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengadopsi strategi pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan.
Presiden mengaku mendapat laporan soal hama tikus dari para petani saat kunjungannya tersebut.
Mendengar isu tersebut, Kepala Negara yang puluhan tahun aktif mengalang organisasi petani itu, lantas menyebut burung hantu dapat menjadi solusi.
“Saya dapat laporan hama tikus yang sangat pelik masalahnya. Yang paling bagus sekarang katanya adalah burung hantu. Waduh, ini harga burung hantu naik dong kalau sekarang,” ucap Prabowo sembari berkelakar.
Kisah sukses pemanfaatan burung hantu telah dilakukan kalangan petani di Grobogan, Jawa Tengah sejak lama. Sedari 2009, petani Grobogan menggunakan burung hantu Tyto alba sebagai predator alami hama tikus.
Hasilnya, intensitas kerusakan akibat tikus menurun sebesar 60-90 persen pada 2020 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Adapun jumlah rubuha di Kabupaten Grobogan meningkat dari 85 unit pada tahun 2011 menjadi 944 unit pada tahun 2020.
Pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami hama tikus telah terbukti efektif dan efisien dalam mengendalikan populasi tikus di persawahan.***