Bahkan hingga era digital seperti sekarang, sumpah di makam keramat dan atas nama makam keramat tertentu masih terjadi, untuk hal tertentu pula. Itu memang di luar nalar mirip dengan sumpah pocong. Wallahualam.
Baca Juga: Jejak Peradaban Negeri Ider Budi di Desa Gunung Sugih Besar
Bahkan masih ada yang minep di makam keramat diduga dengan tujuan tertentu. Tapi, itu menurut keyakinan masing tentunya. Kita tidak bisa melarang keyakinan orang selama tidak mengajak atau memaksakan keyakinannya kepada kita.
Tapi, saya tidak ingin panjang lebar membahas soal makam yang dikeramatkan di desa ku itu, ambil positifnya saja bahwa Desa Gunung Sugih Besar Tiyuh Keramat. Banyak makam yang dianggap sebagai orang suci yang memiliki kelebihan dizamannya.
“Desa Gunung Sugih Besar itu kampung tua, yang berpotensi menjadi desa budaya jika mau melestarikan adat istiadat dan menjaga warisan leluhur terutama memelihara makam keramat agar bisa jadi tempat wisata religi,”ungkap Mat Ali yang dulu kerap mengucapkan sumpah sappuk keramat keliling tiyuh, kepada saya melalui saluran telpon.
Selain Mat Ali, ada juga teman dan saudara ku Latif, juga kerap mengucapkan sappuk keramat keliling tiyuh ketika berbohong. Kemungkinan sampai sekarang masih berucap sappuk keramat keliling tiyuh, meski pun saya tau dia berbohong. hehe
Terakhir, saya pun ingin bersumpah Sappuk Keramat keliling tiyuh bahwa tulisan ini tidak ada maksud atau tujuan apapun selain mengingatkan masa lalu, dan ingin warga GSB bisa melestarikan makam keramat dan merawatnya hingga menjadi lokasi wisata religi seperti makam Wali Unang di Jembat Kenali jalan raya Ir Sutami. Seperti pendapat sahabat ku Mat Ali.
Latif pun bersumpah sappuk keramat keliling Tiyuh bahwa desa GSB adalah desa tua, yang menjunjung tinggi adat budaya sejak zaman keramat Rajo Ugheng hingga terakhir zaman Kakanda Saya Rasul sekarang. Wallahualam ***