Memilih Skema Politik Terbaik
Anies kini sedang menghadapi fase penentuan jalan kesinambungan politiknya sendiri. Ia dalam pergulatan pemikiran untuk bersiap mengarungi bahtera kesejatian dunia politik yang sesungguhnya. Anies bertatap muka langsung dengan dua arus utama karir politiknya. Pertama, Anies mengambil peluang untuk berada dalam sistem atau pemerintahan. Kedua, Anies tetap konsisten menjadi bagian dari kekuatan “check and balancing” kekuasaan dengan eksistensinya di luar sistem. Anies didesak oleh hasrat politik rakyat untuk menjadi “insider” atau “outsider” terhadap kekuasaan.
Adapun kedua pilihan itu sama-sana memiliki konsekuensinya masing-masing. Berikut anatominya yang bisa dibedah, yakni:
Anies dipastikan tidak akan bergabung dalam pemerintahan baru hasil pilpres 2024. Sementara yang mengemuka ada tuntutan banyak pihak yang menginginkan Anies mengikuti kontestasi pilgub Jakarta.
Jika ini yang dipilih, maka analisa dan rasionalisasinya adalah sbb:
- Anies dianggap membutuhkan panggung atau ruang politik untuk menjaga eksistensi, interaksi sosial dan pengaruh politiknya kuat ke basis masyarakat.
Pemikiran itu cukup logis mengingat Anies tidak memiliki dan bukan ketua umum partai politik. Sehingga jabatan publik atau irisan kekuasaan strategis dianggap mutlak dibutuhkan Anies untuk menjaga figur kepemimpinan, populeritas dan elektabilitasnya di hadapan publik.
- Penilaian bahwasanya kekuasaan sejatinya menjadi alat untuk mengkreat idealisme.
Premis ini melahirkan motif kepemimpinannya sebagai gubernur Jakarta (jika kelak terpilih) menjadi bagian dari manifestasi merebut kekuasaan untuk menghadirkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur setidaknya bagi warga Jakarta. Lewat kebijakannya anies bisa mewujudkan penerapan konstitusi tanpa kehilangan sentuhan kemanusiaan, keadilan dan Ketuhananan.
Kemudian, beralih pada tidak sedikit yang menolak atau tidak menginginkan Anies ikut pilgub Jakarta atau semua yang terkait dengan jabatan pemerintahan selain sebagai presiden. Pemikiran ini juga menjadi relevan dan kontekstual jika dilihat dari sudut pandang berikut, antara lain:
- Anies sudah dianggap pada capaian seorang negarawan, tidak lagi sebagai seorang politisi atau birokrat.
Bukan sekedar bisa mendown greed Anies yang seorang calon presiden berlanjut menjadi seorang calon gubernur. Pilihan yang satu ini akan mereduksi Anies sebagai figur pemimpin yang berkarakter unggul, etis dan berintegritas. Entah sebagai kontemplasi atau target pada jabatan tertentu. Proyeksi seperti ini saat psikopolitik rakyat yang kecewa dan marah pada distorsi kekuasaan dan praktek-praktek kecurangan pemilu termasuk pilpres. Akan membuat pandangan miring seolah-olah Anies haus jabatan atau kekuasaan.
- Dengan data dan fakta empiris dari skenario penjegalan, upaya kriminalisasi dan asal bukan Anies pada pilpres 2024. Langkah Anies mengikuti kontestasi pilgub Jakarta, merupakan langkah blunder atau setidaknya masuk dalam grand desain penghancuran total karir politik Anies.