LAMTIM – Para petani jagung di Kecamatan Sekampung Udik dan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur, mengeluhkan serangan hama ulet pada tananamannya.
Hal tersebut berdampak pada tingginya biaya perawatan dibanding biasanya hingga menjadi ancaman gagal panen akibat serangan hama yang menghabiskan daun segar.
“Tanaman jagung yang sudah berumur dua bulanan nyaris habis dimakan hama ulet. Hama tersebut memakan pucuk jagung hanya menyisakan sedikit jika dibiarkan semua jagung akan ludes dimakan ulet,” ujar Beringin petani jagung warga desa Gunung Sugih Besar, Sekampung Udik, Sabtu (4/1/2020).
Dikatakan bahwa hama ulet menyerang seluruh tanaman jagung milik petani ditempatnya. Hingga kini, belum ada solusi atas hama tersebut. Dia mengaku petani harus mengeluarkan biaya lebih tinggi jika ingin mengusir hama ulet dengan metode penyemprotan menggunakan alat pestisida.
Hal senada juga disampaikan Adam Wijaya petani sekaligus agen pupuk di desa Penuangan Kecamatan Margasekampung. Dikatakan bahwa memasuki musim penghujan di awal tahun 2020 biaya perawatan tanam jagung lebih tinggi.
“Biaya perawatan lebih tinggi untuk membeli obat dan penyemprotan menggunakan bahan pestisida agar tidak dimakan ulet,”ungkap Adam Wijaya.
Menurutnya, untuk satu hektar lahan jagung memerlukan dua botol pestisida harganya hampir Ro200 ribu. Biaya penyemprotan Rp200 ribuan.
Adam mengatakan biaya satu hektar bisa mencapai Rp1 jutaan mulai dari pembelian pestisida hingga penyemprotan. Sementara harga jagung fluktuatif tergantung pada harga pasaran setelah panen.
“Harga jagung ga pernah pasti, kadang naik kadang turun. Harusnya pemerintah bisa menjaga kestabilan harga,”tukasnya.
Dia beralasan pemerintah tidak ada perhatian kepada petani melalui UPTD penyuluhan setiap kecamatan atau desa. Apalagi saat sekarang harusnya pemertintah bisa turun ke tengah petani memberi solusi atas keluhan petani jagung terkait hama ulet. (Abu Umar)