Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Ditolak Tanpa Alasan, Petani GSB Bingung: KUR Kini Mungkin Singkatan dari “Kamu Uruslah Risikonya”

×

Ditolak Tanpa Alasan, Petani GSB Bingung: KUR Kini Mungkin Singkatan dari “Kamu Uruslah Risikonya”

Sebarkan artikel ini
Pelayanan Bank BRI Unit Pugung Raharjo Dikeluhkan
Pelayanan Bank BRI Unit Pugung Raharjo Dikeluhkan

LAMPUNG TIMUR — Harapan M. Toyib untuk mengembangkan usaha pertaniannya pupus di depan pintu kaca Kantor Cabang BRI Pugung Raharjo. Bukan karena kurang niat atau berkas tidak lengkap, tapi karena jawaban ajaib dari petugas bank yang lebih misterius daripada ramalan zodiak “Maaf bapak, berkas tidak bisa kami tindaklanjuti karena ada masalah di bank.”

Masalah di bank? Masalah siapa? Masalah negara? Atau masalah hati?

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Toyib, warga Gunung Sugih Besar yang mengaku tak punya pinjaman macet, utang rongsokan, apalagi bekas gebetan di daftar hitam BI Checking, merasa pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) nya ditolak secara semena-mena oleh Pak Andi, sang supervisor bank yang kini dijuluki warga sebagai “penjaga gerbang KUR Nirwana.”

“Padahal niat saya cuma mau nanam lagi, biar usaha jalan. Eh malah dibilang ‘ada masalah di bank’. Tapi gak dijelasin masalahnya apa. Kayak ditolak cinta tanpa tahu kenapa,” keluh Toyib dengan nada getir, sambil menatap lahan yang belum bisa dia olah lagi.

Ironisnya, program KUR yang digembar-gemborkan pemerintah sebagai bentuk keberpihakan pada pelaku UMKM dan petani, justru makin terasa seperti klub eksklusif hanya untuk yang punya ‘tiket masuk’ yang belum jelas kriterianya.

Beberapa warga menduga mungkin yang diperlukan bukan cuma fotokopi KTP dan KK, tapi juga surat sakti dari semesta atau kenalan dalam.

“Kami tanya alasan penolakan, jawabannya malah ‘ya pokoknya enggak bisa.’ Ini bank atau warung kopi yang kehabisan gorengan?” celetuk seorang warga yang ikut menemani Toyib.

Pakar ekonomi (atau tepatnya pak RT setempat) sempat menyatakan dugaan bahwa sistem perbankan kita memang kadang seperti lubang got, tertutup rapi di permukaan, tapi banyak hal gelap di dalamnya yang tak bisa dilihat orang awam.

Kini, Toyib menuntut kejelasan dan transparansi. Ia menilai bahwa jika pinjaman ditolak, maka seharusnya penolakan disertai dengan alasan logis dan jelas bukan sekadar “karena bank sedang ada masalah.” Sebab bagi rakyat kecil, KUR bukan cuma soal uang, tapi harapan.

“Kalau begini caranya, ya nanti jangan salahkan rakyat kalau lebih percaya rentenir daripada bank. Setidaknya rentenir jelas syaratnya, meski bunganya bisa bikin jantung meriang,” tambahnya.

Pihak BRI Pugung Raharjo belum memberikan klarifikasi resmi. Diduga mereka masih sibuk membahas jenis “masalah bank” yang bisa diterjemahkan tanpa membuat berita viral seperti ini.

Sementara itu, Toyib bersiap mencari alternatif. Entah dengan menggadaikan kambing, ikut arisan, atau mencoba keberuntungan di TikTok Shop. Karena di republik ini, mungkin hanya algoritma yang lebih transparan daripada birokrasi.***

SHARE DISINI!