WAWAINEWS – Forum Peduli Pemajuan Kebudayaan Lampung (FPPKL) dibentuk karena situasi DARURAT, saat lembaga-lembaga seni di Lampung tak lagi memadai, tak mampu mengakomodir, tak mampu atau mungkin tak mau memperjuangkan nasib pelaku seni secara luas.
“Pedulinya ya sebatas, meminjam istilah teman jauh saya: Lingkar Dalam saja. Jadi ujung-ujungnya sekitoan bae,” kata Alexander Gebe, koordinator aksi, Rabu (30/11).
Menurut aktor KoBer Lampung itu, masalah ini sudah berlangsung belasan atau bahkan puluhan tahun.
Oleh sebab itu, katanya, hadirlah FPPKL sebagai wadah perjuangan bagi pelaku dan pemerhati seni di Lampung yang bersepakat untuk sama-sama membenahi carut-marut kebijakan dan pengelolaan anggaran seni-budaya di Lampung.
Sementara sutradara KoBer dan penyair Lampung Ari Pahala Hutabarat mengatakan, bahwa carut-marut pengelolaan taman budaya hanyalah salah satu contoh saja. Salah dua atau tiga atau salah lebih banyak lagi mungkin pada sesi yang lainnya.
Karena situasi Darurat Kebudayaan Lampung yang terjadi saat ini, maka FPPKL mengajak teman-teman pegiat seni dimanapun berada untuk turun ke jalan menyelamatkan kebudayaan dan kesenian di Lampung.
Aksi akan dilaksanakan pada
Rabu , 01 Desember 2021 | 10.00 s.d tuntutan dikabulkan. Lokasi aksi adalah halaman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung.
Ada pun titik kumpul besok adalah halaman parkir Museum Lampung
pukul 09.30 WIB.
Isbedy Dukung Aksi FPPKL
Terpisah, sastrawan berjuluk Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS, dihubungi malam ini, mengatakan sangat mendukung aksi FPPKL untuk menyoal kebijakan Taman Budaya Lampung terhadap seniman Lampung.
Mereka, ujar Isbedy, mengatasnamakan PAD alias “setoran” ke Disdikbud Prov. Lampung dengan cara menarget sewa gedung sangat mahal.
“Seharusnya kesenian nonprofit seperti pertunjukan teater atau kesenian lainnya, ya digratiskanlah,” tegas dia.
Apalagi, masih kata sastrawan produktif Lampung ini, TBL ditengarai mendapat kucuran DAK yang tidak kecil.
“Ini sudah berlangsung sangat lama, dan seakan ada pembiaran di sana. Sehingga sudah mengakar, siapa pun kepala Taman Budaya Lampung tidak akan berubah. Kecuali pihak Disdik yang mengevaluasi dan mengaudit karyawan TBL.”paparnya.
Tidak itu saja, imbuh Isbedy, evaluasi kinerja dan audit anggaran kesenian dan kebudayaan di bidang Kebudayaan Disdikbud Lampung.
“Transparan soal anggaran untuk pemajuan kebudayan. Mana untuk pembinaan, apresiasi, dan lain-lain,” kata Isbedy.
Lanjutnya, soalnya masih banyak seniman secara perorangan dan komunitas yang tidak pernah dipikirkan pihak Disdikbud.(**)