Scroll untuk baca artikel
Head LineLampungPendidikan

Gedung SDN 1 Sudimoro di Tanggamus Rusak Parah, Kepsek Diduga Selewengkan Dana BOS

×

Gedung SDN 1 Sudimoro di Tanggamus Rusak Parah, Kepsek Diduga Selewengkan Dana BOS

Sebarkan artikel ini
foto kolase kondisi plafon dan dinding SDN Sudimoro Tanggamus - foto Ruslan
foto kolase kondisi plafon dan dinding SDN Sudimoro Tanggamus - foto Ruslan

Ruang kelas ambruk, kegiatan siswa lumpuh, dan etika pendidik dipertanyakan.

TANGGAMUS – Di tengah perbukitan Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, berdiri sebuah bangunan yang seharusnya menjadi tempat tumbuhnya harapan dan ilmu yakni SDN 1 Sudimoro. Namun alih-alih menjadi ruang yang aman dan mendidik, sekolah ini kini justru menghadirkan kekhawatiran.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Plafon ambruk, tembok mengelupas, dan kegiatan siswa terhenti. Sementara itu, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang digelontorkan pemerintah setiap tahun, justru tak terlihat wujud manfaatnya.

Dana Ratusan Juta, Bangunan Tetap Terbengkalai

Kerusakan paling mencolok terlihat di ruang kelas IV dan V. Plafon kedua ruang tersebut ambrol, padahal renovasinya diklaim baru dilakukan pada awal 2023.

Ironisnya, plafon kembali jebol pada awal 2025. Kejadian berlangsung malam hari, sehingga tak menimbulkan korban jiwa. Namun, bayang-bayang bahaya tetap menghantui aktivitas belajar-mengajar.

Padahal, menurut aturan yang berlaku, minimal 20 persen dana BOS wajib dialokasikan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

BACA JUGA :  Perpres 104 Dianggap Persulit Realisasi Dana Desa

SDN 1 Sudimoro yang memiliki 163 siswa aktif seharusnya memperoleh alokasi dana cukup besar setiap tahunnya. Namun, kondisi gedung dan fasilitas justru berbicara sebaliknya.

Minim Perawatan, Minim Inisiatif

Saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah Sukardi mengaku sudah menyampaikan persoalan itu secara lisan ke Dinas Pendidikan. Namun hingga kini, belum ada langkah perbaikan konkret. Proposal resmi pun tak pernah diajukan.

“Sudah saya sampaikan ke sarpras dinas. Katanya tunggu rehab ringan,” ujarnya singkat, tanpa menjelaskan alasan tidak adanya laporan tertulis.

Respons tersebut menuai kritik dari warga. Menurut beberapa narasumber yang enggan disebutkan namanya, selama tiga tahun terakhir tidak pernah terlihat adanya kegiatan perbaikan gedung.

Cat dinding luar sekolah pudar, sejumlah jendela rusak, dan kondisi ruang belajar memprihatinkan.

Ekstrakurikuler Mandek, Aktivitas Siswa Terhenti

Masalah tak berhenti pada fisik bangunan. Kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga dan seni yang seharusnya menjadi bagian dari tumbuh kembang anak, disebutkan sudah lama vakum.

BACA JUGA :  Kasus Covid-19 Bertambah Jadi 205 orang, Tambahan Satu Dari Lamtim

“Sudah sejak April enggak ada kegiatan olahraga. Katanya fokus ujian. Tapi kan tidak harus berhenti total,” ungkap salah satu guru honorer yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Dugaan Gratifikasi ke Wartawan

Kejanggalan bertambah saat tim wartawan yang menginvestigasi kasus ini justru menerima amplop berisi uang dari Sukardi. Saat dikonfirmasi, Sukardi berdalih bahwa pemberian itu hanya “uang bensin”.

“Bukan sogokan, hanya uang transport saja. Kalau keberatan, saya minta maaf,” ujarnya.

Meski dibalut permintaan maaf, tindakan tersebut tetap mencoreng etika seorang kepala sekolah. Pemberian uang kepada awak media dapat dikategorikan sebagai bentuk gratifikasi atau upaya membungkam informasi, sesuatu yang bertentangan dengan semangat transparansi dalam dunia pendidikan.

Audit dan Penegakan Hukum

Kasus ini menyoroti dugaan kelalaian serius dalam pengelolaan dana pendidikan, yang bisa mengarah pada penyelewengan anggaran negara. Dinas Pendidikan Tanggamus, Inspektorat Daerah, dan Aparat Penegak Hukum diminta segera turun tangan melakukan audit menyeluruh terhadap dana BOS di SDN 1 Sudimoro.

BACA JUGA :  Mantan Kepala BPN "Main Cap" di Lahan Kemenag, Negara Tekor Rp54 Miliar!

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Namun ketika kepala sekolah sebagai ujung tombak justru diduga lalai, pembiaran tak boleh terus berlanjut.

Jika dibiarkan, kerusakan fasilitas bukan hanya ancaman fisik, tapi juga luka dalam pada semangat belajar siswa.

“Kami hanya ingin anak-anak bisa sekolah dengan aman. Jangan sampai mereka jadi korban sistem yang salah,” ucap seorang wali murid dengan mata berkaca.

SD Negeri 1 Sudimoro adalah potret kecil dari wajah pendidikan nasional. Di atas kertas, dana pendidikan terus meningkat. Namun jika tidak disertai pengawasan, semua hanya akan jadi angka, tanpa makna di ruang kelas.

Kini, bola ada di tangan pemangku kebijakan. Akankah mereka diam, atau bergerak demi masa depan anak-anak yang belajar di balik atap yang nyaris runtuh?

(Laporan: Ruslan / Editor: Tim Redaksi)***