Scroll untuk baca artikel
PendidikanZona Bekasi

Gedung Sekolah Pensiun, Siswa SMPN 62 Bekasi Belajar Sore di Sekolah Tetangga

×

Gedung Sekolah Pensiun, Siswa SMPN 62 Bekasi Belajar Sore di Sekolah Tetangga

Sebarkan artikel ini
Suasana belajar mengajar di ruang kelas SMPN 62 Kota Bekasi, dengan kondisi seadaanya Kamis 9 Oktober 2025 - foto doc ist

KOTA BEKASI — Sentuhan ironi pendidikan di kota industri, siswa tetap belajar, meski bangunannya sudah tak kuat berdiri. Ironi dunia pendidikan kembali menampakkan wujudnya di tengah jargon “Kota Layak Anak” dan “Sekolah Ramah Belajar”.

Gedung SMP Negeri 62 Kota Bekasi, yang dulunya merupakan eks kantor Kelurahan Medan Satria, kini resmi masuk daftar bangunan tak layak huni alias sudah waktunya pensiun dari tugasnya sebagai sekolah.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Pemandangannya jauh dari kata ideal: dinding retak, plafon mengelupas, ruang kelas lebih cocok disebut “ruang nostalgia”, dan aroma lembab jadi pengharum alami setiap jam pelajaran.

Menanggapi kondisi itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Warsim Suryana, akhirnya angkat bicara. Ia memastikan seluruh siswa SMPN 62 akan “diungsikan” sementara ke SMP Negeri 19, agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.

“Nantinya para siswa SMP Negeri 62 dijadwalkan masuk shift siang, setelah siswa SMP Negeri 19 selesai KBM,” ujar Warsim, Senin (13/10/2025).

Dengan kata lain, anak-anak SMPN 62 akan belajar setelah “tuan rumah” pulang. Sebuah bentuk gotong royong pendidikan yang hanya bisa lahir dari semangat darurat.

Warsim menegaskan, langkah itu diambil karena alternatif lain tidak memungkinkan. “Sudah kami coba cari sekolah di sekitar, tapi tak memungkinkan. Jadi solusinya, sementara waktu menempati gedung SMPN 19. Di sana kan hanya satu shift (pagi), jadi bisa digunakan siang hari,” jelasnya.

Kedua kepala sekolah, katanya, sudah berkoordinasi dengan penuh kesadaran bahwa di Kota Bekasi, ruang kelas kini menjadi barang langka.

Disdik juga berencana mengundang berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik agar kegiatan belajar tidak terhenti. “Kami sudah buat undangan dan akan diselenggarakan musyawarah, agar ada win-win solution,” tambah Warsim.

Sementara itu, gedung SMPN 62 yang lebih mirip bangunan peninggalan sejarah itu tengah diusulkan untuk direnovasi total.

Bila rencana pembangunan bisa direalisasikan pada tahun 2026, siswa diharapkan bisa kembali belajar tanpa harus membawa senter atau menghindari tetesan air hujan di tengah kelas.

“Mudah-mudahan pembangunannya bisa dilaksanakan di tahun 2026, nanti juga ditambah gedung baru,” kata Warsim optimistis.

Namun hingga saat itu tiba, siswa SMPN 62 akan terus belajar dengan cara paling patriotik, berganti sekolah, berganti jam, tapi tetap berjuang demi nilai ulangan harian.

Di Kota Bekasi, mungkin inilah yang disebut “belajar fleksibel” bukan karena kebijakan digital, tapi karena gedungnya nyaris roboh.***

SHARE DISINI!