LAMPUNG – Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal akhirnya blak-blakan soal derita rakyat akibat “konvoi abadi” truk-truk batubara. Ia meminta Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi agar ekspor batubara lewat Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, dihentikan total.
Gubernur Mirzani Djausal secara gamblang menegaskan bahwa Lampung tidak mendapat manfaat apapun, justru jalan provinsi hancur dihajar truk batubara setiap hari.
“Truk batubara seharusnya lewat jalan khusus. Jadi kami minta Menhub agar Pelabuhan Panjang tidak lagi dipakai untuk ekspor batubara yang pengirimannya pakai truk,” tegas Mirza.
Permintaan ini ia sampaikan langsung dalam kunjungan kerja ke Jakarta, dua hari lalu.
Menurutnya, kondisi jalan provinsi sudah seperti “arena off-road gratis” akibat lalu lintas truk batubara. Setiap hari, ribuan ton batubara melintas, tapi kas daerah Lampung nihil pemasukan.
“Kita tidak dapat apa-apa dari batubara. Lampung tidak ada pendapatan, yang ada jalan kita yang rusak. Kecuali Bukit Asam, karena ada sinergi dengan Pemprov Lampung. Tapi yang lain? Nol besar,” sindirnya.
Batubara Bukit Asam aman karena pakai jalur kereta Babaranjang dan masuk lewat Pelabuhan Tarahan. Sementara yang lewat Panjang? Ya, parade truk raksasa yang bikin jalan provinsi kayak lapangan catur—hitam putih, bolong-bolong.
Masyarakat Lampung kini merasa dapat “CSR” tidak resmi jalan rusak parah yang bisa dipakai untuk latihan motocross tanpa biaya tiket. Truk-truk batubara lewat, rakyat dapat lomba survival tiap kali boncengan motor.
Padahal, batubara yang lewat Panjang tidak meninggalkan jejak manis, hanya debu, lubang, dan risiko kecelakaan.
Mirza menegaskan Lampung tidak boleh jadi “karpet hitam” untuk industri batubara. Jika ekspor tetap lewat Panjang tanpa solusi, maka yang diangkut bukan cuma batubara, tapi juga kesabaran rakyat Lampung.***













