LAMTIM – Harga jagung di tingkat petani di wilayah Lampung Timur, tertekan hingga Rp2000/Kg. Harga tersebut jauh di bawah harga acuan pembelian. Padahal awal panen harga pernah bertahan di Rp2500/KG.
Kondisi demikian meruntuhkan kesejahteraan, kejayaan Petani di wilayah Kabupaten berjuluk bumi tuah bepadun tersebut. Mereka merana karena merugi, akibat harga jagung rontok jauh dari harapan.
Sementara harga pupuk dan bibit ditingkat petani masih bertahan, tidak menyesuaikan dengan harga jual jagung itu sendiri. Sebelum pandemi terjadi, mereka sudah dihantam masalah, seperti serangan hama dan lainnya.
Jagung adalah salah satu komoditas andalan di wilayah Lampung Timur, disamping singkong atau jenis tanaman lainnya yang menjadi tumpuan petani di wilayah setempat.
Adalah Pak Hadi, warga Sidomono, Desa Gunung Raya, Kecamatan Margasekampung, sebagai salah satu contoh petani yang merasakan dampak dari anjloknya harga jagung di wilayah Lampung Timur.
Pak Hadi, yang telah lama menanti dan kini telah memasuki panen raya. Namun harus menelan kekecewaan akibat harga yang tidak sesuai dengan harapan. Dia mengutuk tagline Petani Berjaya yang selalu di teriakkan para petinggi Lampung.
“Dimana Petani Berjaya, Lampung berjaya, kalo harga anjlok terus begini, sedangkan harga pupuk dan bibit melambung”ungkap Hadi, kepada Wawai News, Rabu (1/7/2020).
Menurutnya dengan harga Jagung Rp2000/Kg, tidak seimbang dengan harga bibit dan pupuk. Begitupun jika di dihitung dengan tenaga dan biaya masih jauh dari kata sejahtera.
Dia mengisahkan bahwa tahun sebelumnya dari hasil tanaman diareal seluas satu hektar saat panen ia bisa memperoleh hasil 7 ton. Harga biasanya terendah bisa mencapai Rp3000/Kg. Hasilnya lumayan dan masih menutupi biasa produksi.
Ia merinci untuk biaya setiap panen detailnya adalah biaya pengolahan lahan, bibit, pupuk, serta upah tenaga dalam perawatan dan pengunduhan hingga transpotasi membawa pulang ke rumah.
“Dengan harga Rp3000/Kg, diareal seluas satu hektar, maka Petani masih kebagian Rp7-8 juta. Tapi kalo dibantai harga Rp2000, dapat Rp5 juta saja selama empat bulan menunggu itu sudah sangat beruntung,” tutur Pak hadi dan Pak Seko.
Hal senada yg di sampaikan oleh Usman Bandeng, dia selama ini berprofesi sebagai penimbang jagung di desa tersebut, mengakui harga anjlok tidak hanya berimbas ke petani. Tapi dirinya juga sebagai pengepul
“Awal panen harga masih bertahan Rp2500/Kg. Tetapi setiap hari bukannya naik malah sebaliknya turun. Hingga sekarang harga jagung hanya tinggal Rp2000/Kg,”ujarnya mengaku pedagang bukannya untung tapi buntung karena harga anjlok. (Kandar)