Scroll untuk baca artikel
Agama

Haul ke-15 Gus Dur, Menag Kenang Cikal Bakal IAIN jadi UIN

×

Haul ke-15 Gus Dur, Menag Kenang Cikal Bakal IAIN jadi UIN

Sebarkan artikel ini
Menteri Agama Nasaruddin menghadiri Haul ke-15 Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pesantren Tebuireng, Jombang, Minggul malam 22 Desember 2024
Menteri Agama Nasaruddin menghadiri Haul ke-15 Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pesantren Tebuireng, Jombang, Minggul malam 22 Desember 2024

JAKARTA – Haul ke-15 Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, dihadiri langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin.

Menag Nasaruddin bercerita bahwa perkembangan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia tidak terlepas dari peran dan kebijakan Gus Dur. Proses Transformasi IAIN menjadi UIN berlangsung sejak tahun 2000 an.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) pertama yang berubah bentuk menjadi UIN adalah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Mei 2022, disusul IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dua tahun kemudian, Juni 2004.

“Waktu itu saya menjabat sebagai Pembantu Rektor IV. Gus, tolong tanda tangani ini? Gak mungkin, ngapain. Jadi Gus Dur tidak setuju perubahan IAIN menjadi UIN. Sama dengan Nurcholish Madjid/Cak Nur, ngapaian, itu akan membuat habis Fakultas Agamanya ditelan ilmu umum,” cerita Menag Nasaruddin Umar, di Jombang, Minggu, malam (22/12/2024).

BACA JUGA :  Wamenag: Perlu Penguatan Kompetensi Bagi Penceramah

“Saya menjawab. Islam itu Universal. Ketika Sekolah Tinggi itu seperti empang, ketika Institut seperti danau, kalau Univesitas itu seperti Samudra. Karena Islam itu Universal. Maka Universitas itu lah yang mewadahi Universal Islam,” kata Menag Nasaruddin.

Dengan analogi seperti ini, lanjut Menag Nasaruddin, maka Gus Dur pun menandatangani proposal perubahan IAIN menjadi UIN Jakarta.

“Kalau tidak ada Gus Dur, maka tidak ada UIN. Beliaulah yang mempunyai tandatangan yang menjadikan UIN-UIN berkembang hingga sekarang. Seandainya tidak ada Gus Dur tidak ada UIN,” terang Menag Nasaruddin Umar.

Haul KH Abdurrahman Wahid dihadiri Istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, dan keluarga besar almarhum.

Sejumlah tokoh penting juga hadir, di antaranya, Kepala Badan Penyelenggara Haji, Gus Irfan, Pj Gubernur Jatim, Wakil Gubernur, Direktur Pesantren, Basnang Said, Karo Humas, dan Komunikasi Publik, Akhmad Fauzin, para alim ulama, para kyai, nyai, dan ribuan Masyarakat Indonesia.

BACA JUGA :  Inilah Syarat Akad Nikah Diluar KUA dan Hari Kerja Sesuai Aturan Baru Kemenag

Kehadiran Menag Nasaruddin Umar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, sekaligus memberikan bantuan untuk Pesantren.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, KH Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan terima kasih kepada seluruh yang hadir pada malam puncak haul Gus Dur ke 15.

Melalui haul ke 15 bermuwajahah, bersilaturahim atas wafatnya KH Abdurrahman Wahid,Banyak rangkaian acara di mulai dari 19, 20 (Desember), dan puncaknya pada hari ini. Di mulai dari khatmil Qur’an, pembacaan maulid, dan malam ini pengajian Akbar.

KH Abdul Hakim Mahfudz juga menyampaikan bahwa banyak yang bisa dikenang dari sosok Gus Dur. Banyak yang ditinggalkan, sekaligus banyak warisan, dan hampir semua orang sangat dekat dengan Gus Dur.

BACA JUGA :  Felix Siauw Respon Pengalihan Penerbitan Label Halal dari MUI oleh Kemenag

“Sejak muda Gus Dur sangat senang bercanda. Dulu setiap 1 Syawwal, di sini ada halal bi halal. Kami yang muda-muda ada di ruangan sebelah, biasanya di situ ada Gus Dur menjadikan kita ketawa. Suasana yang begitu serius menjadi cair,” kata KH Abdul Hakim Mahfudz.

KH Abdul Hakim Mahfudz menjelaskan bahwa banyak hal yang bisa dikenang terkait Gus Dur. Ada satu cerita dari Gus Sholah, ketika Gus Dur menyatakan bahwa hidup itu mudah, cari duit gak usah susah. Nah, suatu saat Gus Dur tidak punya duit. ***