wawainews.ID – Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), kini sedang di rundung persoalan cukup besar. Masalah tersebut terkait tenggelamnya suara partai dalam kancah Pemilu Legislatif 17 April Tahun 2019, dimana akan diumumkan pada tanggal 22 Mei 2019, oleh KPU RI. Adapun persoalan yang menimpa elit kader membuat partai ini menjadi sasaran tembak dan bulan-bulanan para elit kader dan bahkan rakyat Indonesia.
Para kader Partai HANURA yang terkenal militant, tidak tinggal diam ketika komen di media sudah menjurus keras dan kasar mereka pun juga larut dalam permainan tersebut sehingga sudah tidak terlihat lagi jatidiri Partai yang mengedepankan HATI NURANI ini yang seharusnya santun dan halus.
Lalu, apa sih yang menyebabkan para kader marah begitu besar kepada Partai HANURA, mereka kecewa atas perolehan partai. Seperti apa harapan tersebut diawal kepempinan OSO, begini menurut Sholihin Syam, SE, MM
Direktur Eksekutif DPP Partai HANURA.
Menurutnya, partai-partai lainpun sebenarnya juga tidak lebih baik dari Partai HANURA. Kalau boleh, saya coba merangkum apa yang menyebabkan kemarahan kader dan juga masyarakat.
Pertama, merasa dibohongi,
Partai yang didirikan Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Wiranto, SH, S.Ip, MM pada tahun 2006 ini telah mengikuti 3 kali Pemilihan Umum. Pemilu Tahun 2009 Partai Hanura mendudukkan kadernya di DPR sebanyak 17 kursi dan diatas 1.000 kursi di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, lalu Pemilu Tahun 2014 Partai Hanura mendudukkan 16 kursi di DPR RI dan 1200 di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam kepemimpinan Sang Founding Father DR. H. Wiranto.
Apa yang terjadi di Pemilu Tahun 2019 ketika partai ini di Pimpin Oesman Sapta Odang, saat awal kepemimpinan OSO Kelihatan partai ini akan tumbuh besar, sebagaimana sambutan awal terpilihnya OSO menjadi Ketua Umum bahwa OSO akan membawa Partai HANURA di 5 besar sebagaimana slogannya Hanura Bangkit, Hanura Maju, dan Hanura Menang.
Tetapi apa yang menjadi kenyataannya, kita lihat sendiri bahwa Partai Hanura TENGGELAM hanya mendapat 1,7 % suara menggagalkan harapan Caleg untuk duduk di DPR RI dan bahkan ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota hilang tanpa kesan seperti DKI, Jawa Barat, Banten, dan daerah lainpun KOSONG. Sehingga wajar apabila Pak Wiranto sedih dan menangis dan semua kader marah lalu meminta OSO hengkang dari Partai HANURA.
Oesman Sapta Odang dipanggil OSO, mungkin dilahirkan untuk menjadi perusak sehingga apa saja yang dipegang pasti rusak. Semua janji dan sumpahnya yang tertuang dalam Fakta Integritas yang ditandatangani semua dilanggar dan dengan pongahnya OSO mengatakan bahwa kekalahan Partai Hanura di Pileg Tahun 2019 adalah kesalahan Wiranto. Padahal kita tahu bahwa pimpinan dan tanggungjawab itu ada dipundaknya.
Sang Malaikat-pun akan menanyai pertanggungjawaban OSO di akhirat, karena OSO telah membohongi Pendiri, Pengurus, Kader, dan Para Caleg yang telah menghabiskan waktu, tenaga, fikiran, dan bahkan harta benda yang tidak sedikit dan apa yang diucapkan seorang penghianat bahwa tidak apa-apa Partai Hanura tidak lolos, yang penting jagoannya Paslon Presiden 01 menang di depan Presiden dan Tokoh Nasional lainnya sa’at bukber dikediamannya.
Inilah penghianatan OSO yang sangat-sangat tidak diterima para Kader yang seakan tidak mengerti bagaimana perihnya perjuangan yang sia-sia dan keluar kata-kata kotor dari orang yang dianggapnya dewa penolong tersebut ternyata Penipu Besar.
Sungguh apabila Melaknat itu tidaklah dosa maka sumpah serapah berjuta-juta kader Partai Hanura akan melaknat OSO. Sungguh munafik karena kata-kata sangat tidak sesuai dengan kenyataan itulah OSO.
Kedua adalah Ngeyel sebagai Kepala Sekretariat saya pernah punya pengalaman, bahwa ada Ketua DPD Partai Hanura dari Kepri minta ditelephon untuk datang ke Jakarta bertemu dengan OSO dengan semangatnya Ketua DPD dan Sekretarisnya hadir di Jakarta dan langsung saja saya sampaikan bahwa orang yang dipanggil sudah sampai dan malah di depan mata OSO sendiri.
Namun apa yang terjadi OSO marahi saya, karena OSO sedang mengatur kursi persiapan acara anaknya lantas saja OSO suruh saya usir Ketua DPD tersebut. Sungguh sangat luar biasa NGEYEL-nya orang ini. Tanpa ba bi bu lagi Ketua dan Sekretaris DPD tersebut pergi tanpa pamit. Seperti inikah seorang pemimpin yang bijak…?
Ketiga, OSO membawa-bawa pihak lain dalam masalahnya. Tenggelamnya Partai Hanura di Pileg tahun 2019 harusnya OSO sebagai Ketua Umum segera mengumpulkan semua Caleg DPR RI, lalu diberikan pengarahan dan memberikan ketenangan untuk berbesar hati.
OSO, melakukan sebaliknya bukan malah menyalahkan orang lain untuk menutupi sakit dirinya sendiri, apalagi yang di salahkan membawa nama pendiri partai Pak Wiranto yang jelas-jelas tetap menjadi icon Partai HANURA. Kalau kita bicara waras atau tidak waras ya memang OSO ini tidak waras alias sakit parah.
Keempat, tidak Tabayyun, kita mengerti para kader Partai HANURA ingin yang terbaik buat Partai HANURA sehingga para kader teriak-teriak menuntut Oesman Sapta Odang mundur dari Ketua Umum Partai HANURA tak lain adalah karena OSO tidak tabayyun, begitu mudah dan cepat menyalahkan orang sendiri karena kelemahannya.
Meskipun ada kader yang membenarkan OSO itu berarti sama sakitnya dengan OSO dan perlu segera di obati atau digurah agar otaknya bersih dan lebih-lebih lagi mohon pengampunan kepada Sang Maha Pincipta ALLAH SWT, Istkhfar…Istikhfar….Istikhfar…….
Saya percaya masih banyak kader dari partai Hanura yang mempunyai niat yang lurus, yang tujuannya di partai hanya ibadah namun dengan rusaknya Ketua Umum dan segelintir elit menjadi tercap jelek juga. Kalau boleh saya menyarankan gunakanlah energi untuk memperbaiki partai ini dan kembalikan dengan legowo serta penuh sadar diri kepada yang berhak Yang Mulia Bapak Wiranto sebagai Pendiri Partai Hanura. Insya Allah Partai HANURA akan bangkit kembali.
Sholihin Syam, SE, MM
Direktur Eksekutif DPP Partai HANURA