WAWAINEWS.ID – Tarinah (33) Ibu muda warga Dusun I Desa Gunung Sugih Besar, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur hanya bisa pasrah dengan kondisinya saat ini, tinggal di rumah sederhana berdinding geribik bersama empat anaknya yang masih kecil-kecil.
Bangunan rumah beratapkan asbes dengan ukuran 4×6 hanya berlantai seadanya semen yang sudah retak bercampur tanah. Di pojok desa Gunung Sugih Besar itu lah Tarinah harus terus berjuang untuk menghidupi empat anaknya seorang diri.
Lubang pada dinding geribik rumahnya menunjukkan, bahwa rumah yang ditempatinya bersama empat anaknya jauh dari kata layak. hanya ada hiasan TV Tabung ukuran 14 inc yang sudah buluk jadi perabotan yang tidak bisa keluar gambar lagi sejak adanyanya peralihan ke TV Digital.
Tarinah harus tetap berjuang seorang diri dan bekerja untuk menghidupi anak-anaknya setelah suaminya dipenjara. Tarinah berjuang sendiri menjadi buruh kupas singkong dengan penghasilan tak menentu.
Satu-satunya harapan yang selama ini cukup membantunya dengan mendapatkan bantuan sosial melalui Program Keluarga Harapan (PKH), tapi sekarang harus hilang karena data. Tarinah pada data PKH dinyatakan telah meninggal terhitung sejak Januari 2023 lalu.
BACA JUGA : INI PARAH! Penerima PKH di Desa Gunung Sugih Besar Terdata Sudah Meninggal, Padahal Masih Hidup
Dia hanya bisa mempertanyakan soal bantuan sosial yang biasa didapatkan ke desa, tapi belum ada kejelasan dari Desa. Ya, desa tempatnya lahir menjadi tumpuan untuk membantunya seolah mengabaikan nasib Tarinah karena sudah seminggu lebih ia menunggu tapi tidak ada kepastian.
“Sudah lebih dari seminggu lalu, saya menghadap ke balaidesa memohon untuk bisa dibantu agar mendapatkan bantuan sosial yang biasa saya dapatkan. Tapi sampai sekarang belum ada kejelasan dan kabar,”ujar Tarinah saat wartawan Wawai News berkunjung ke rumahnya, Minggu 4 Juni 2023.
BACA JUGA : Kades GSB Bantah Terima Jatah dari Kandang Ayam, Akui Hanya Dapat Transportasi dari BW
Tidak ada senyum pada wajah Tarinah saat menerima wartawan Wawai News, ia hanya terlihat murung, tampak jelas kerasnya perjuangan menggurat di wajahnya. Tarinah sepertinya sudah capai dengan kondisinya, tapi anak-anaknya harus terus meraih masa depan. Mungkin itu yang membuatnya bekerja apapun asal bisa menghidupi keempat anaknya yang masih kecil-kecil.
Saat ini Tarinah hanya bisa berharap haknya melalui bantuan sosial bisa kembali seperti tahun sebelumnya. Dia tegas mengatakan bahwa dirinya masih hidup dan belum mati seperti yang tertulis di data PKH Kemensos tersebut.
BACA JUGA : Madrasah Diniyah Asbabul U’lum Desa Gunung Sugih Besar, Butuh Bantuan Donatur
“Saya masih hidup, dan bantuan sosial seperti PKH itu selama ini sangat membantu meringankan beban saya untuk meneruskan kehidupan bersama anak-anak. Jadi tolong, bantu,”ujarnya.