Opini

Kyai Achmad Shiddiq dan Niat Ketika di TPS

×

Kyai Achmad Shiddiq dan Niat Ketika di TPS

Sebarkan artikel ini
Pemilu 2024
Pemilu 2024

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

WAWAINEWS.ID – Sudah cukup lama saya tidak berkomunikasi. Tiba-tiba diingatkan tentang cara mengkonstruksi niat dalam pemilu. Pada saat nanti hendak mencoblos pilihan di TPS.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Niatnya begini”. Kata pesan itu.

“Nawaitu amron, bil ma’ruufi, wa nahyaa ánil munkari bijtimaaínaa bi (nomer yang dipilih, misal nomer …), lichadrotillaahi akbar”.

Pesan itu dalam bentuk flyer dan voice note. Niat ketika hendak memilih dalam pilpres, pilleg, pilkada, pilkades. Di TPS. Siapapun pilihannya. Sebelum mencoblos figur yang dipilih.

Saya lihat pesan itu pukul 14.25, 13-12-2023. Ternyata Kyai Saiful Ridjal. Saya akrab memanggilnya Gus Saif. Mantan Ketua PCNU Bondowoso Jatim.

Merupakan putra Kyai Abdul Chalim Shiddiq, Cucu Mbah Shiddiq, keponakan dari Kyai Achmad Shiddiq. Talangsari Jember.

Kyai Abdul Chalim Shiddiq adalah pendiri Pondok Pesantren Asshidiqi Putri. Pemberi ijazah kitab dalail khairat di Indonesia.

Kyai Achmad Shiddiq merupakan adik dari Kyai Abdul Chalim Shiddiq. Ketua Rais Aam PB NU pada Muktamar Ke-27 NU tahun 1984 Situbondo, Jawa Timur.

Populer dengan pandanganya “Pancasila dan NKRI merupakan bentuk final dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia”. Sebagai hasil ijtihad ummat Islam Indonesia. Tidak perlu ada format lain.

BACA JUGA :  Habis Mega Bintang, Terbitlah Mega Anies

Melalui pandangan Kyai Achmad Shiddiq dan Cak Nur (almarhum Nurcholish Madjid), saya belajar tentang Pancasila. Sebagai ruh pembangunan peradaban Indonesia.

Adapun Kyai Shiddiq (Mbah Shiddiq) merupakan salah satu keluarga ujung tombak dakwah Islam di paruh timur Pulau Jawa. Mbah Shiddiq di sisi Selatan (Jember). Sedangkan di utara (Situbondo) ada Kyai Asád.

Generasi pejuang muslim kontemporer, khususnya di ujung timur pulau Jawa, berhutang jasa pada dua keluarga besar ini. Rimba raya jalan dakwah tapal kuda sudah dibuka oleh keduanya.

Pada tahun 2000-an saya intensif interaksi dengan Gus Saif dan kakaknya. Almaghfurllah Kyai Syawqi Abdul Chalim Shiddiq. Banyak tempaan saya peroleh dari keluarga ini.

Ketika saya ingin tahu pandangan generasi salaf tentang suatu hal, keluarga inilah tumpuan saya bertanya. Responnya cepat. Sebagai jalan pintas bagi saya yang tidak belajar kitab-kitab klasik.

“Makna do’a (sebelum mencoblos di TPS) itu apa Gus…?”, tanya saya. Jawabannya melalui voice note singkat. Doa itu terinspirasi dari kedua panutan Gus Saif, Gus Miek dan Kyai Achmad Shiddiq.

Doa itu, terkandung makna, kita sebaik-baik ciptaan Allah swt, harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Upaya itu secara holistik-komprehensif akan terwujud ketika sudah ada pemerintahan. Maka aspirasi politik harus diniatkan sebagai upaya untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar.

BACA JUGA :  KTT Asean, G20 dan Perubahan Politik Jokowi

Setelah berijtihad menentukan pilihan dan kemudian memilih disertai doa, selebihnya diserahkan kepada keputusan Allah Swt. Ada aspek spiritual yang dilekatkan dalam proses penyampaian aspirasi politik itu.

Kyai Achmat Shiddiq berpandangan menyalurkan aspirasi politik dalam konteks membangun NKRI itu hukumnya wajib. Merupakan sikap tidak bertanggung jawab ketika tidak cocok dengan calon-calon pemimpin, kemudian golput.

Semua orang yang diberi kesempatan menikmati kenyamanan hidup di Indonesia harus berkontribusi mewujudkan pemerintahan. Untuk sarana amar ma’ruf nahi munkar.

Allah Swt sudah menganugerahkan NKRI. Pendahulu bangsa meletakkan filosofi dasar pembangunan peradaban melalui Pancasila. Merupakan elaborasi dari konsepsi peradaban Madinah sebagai mana dicontohkan Rasulullah Swt.

Ialah pembangunan peradaban bangsa ber Tuhan (sila pertama Pancasila). Peradaban bangsa bertauhid. Berketuhanan Yang Maha Esa.

Sebagai konsekuensi tauhid, adalah ditegakkanya keadilan dan dijunjung tinggi harkat – martabat kemanusiaan. Tidak ada eksploitasi atau penindasan satu sama lain (sila kedua Pancasila).

Ketundukan hanya kepada Tuhan, hukum Tuhan dan perjanjian kontraktual antar sesama manusia yang tidak melanggar jiwa hukum Tuhan.

Pembangunan peradaban bangsa ber tauhid itu di wilayah NKRI. Tanpa ada wilayah, peradaban tidak akan terwujud. Oleh karena itu diperlukan persatuan untuk menjaga NKRI (sila ke 3 Pancasila) sebagai tempat bersemi dan berkembangnya peradaban tauhid. Peradaban bangsa ber-Tuhan.

BACA JUGA :  Ilusi Memberhentikan (Memakzulkan) Jokowi dari Jabatan Presiden?

Pembangunan peradaban itu dilakukan melalui demokrasi, melibatkan seluruh rakyat. Dengan melibatkan bimbingan orang-orang soleh. Itulah makna “yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” dalam sila 4 Pancasila.

Pembangunan peradaban juga dilakukan secara adil merata bagi seluruh rakyat. Sebagaimana amanat sila ke 5 Pancasila.

Anugerah NKRI dengan Pancasilanya harus dirawat. Caranya dengan menyalurkan aspirasi politik untuk menjaga kesinambungan pemerintahan. Untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar. Mewujudkan peradaban bangsa ber Tuhan.

Ummat Islam yang tidak terlibat didalamnya artinya tidak mensukuri pemberihan Allah Swt itu. Pemberian berupa NKRI dengan segala kekayaan dan keindahannya. Hamparan wilayah luas dan strategis tempat peradaban ber-Tuhan bisa diwujudkan.

Pembangunan peradaban bangsa memerlukan uluran campur tangan Allah Swt. Maka ketika menjatuhkan aspirasi politik dalam bilik suara, kita harus niatkan sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Siapapun figur pilihan hasil ijtihadnya.

BACA JUGA: Ini 6 Rekomendasi Bawaslu Kota Bekasi kepada KPU Terkait Pencegahan Pelanggaran Pemilu

“Nawaitu amron, bil ma’ruufi, wa nahyaa ánil munkari bijtimaaínaa bi (nomer yang dipilih, misal nomer …), lichadrotillaahi akbar”.

Sebelum mencoblos pilihan di TPS, mari kita niatkan seperti itu. ***