METRO – Wisatawan dari beberapa daerah seperti Jakarta, Bengkulu dan Palembang yang mengunjungi kebun jeruk jenis “BW” milik Giyanto, di Kecamatan Metrokibang, Kabupaten Lampung Timur bisa petik dan makan jeruk sepuasnya.
“Bagus untuk mengedukasi anak-anak untuk mengetahui secara langsung tentang tanaman jeruk. Selain itu, diajak untuk memilih dan memetik yang masak,” kata D. Pasaribu, warga asal Jakarta ditemui di kebun tersebut, Minggu.
Ia mengaku mengunjungi kebun jeruk tersebut bersamaan dengan menghadiri pernikahan keponakannya di Kota Metro, Lampung dan mendapatkan informasi adanya kebun jeruk yang sedang berbuah dan dibuka untuk umum.
“Meski gratis makan sepuasnya, tetapi saya coba, maksimal cuma mampu makan tiga buah. Rasanya asam manis, tetapi tetap kuat manisnya dan segar,” terang dia.
Warga lainnya, Yudi Jiman warga asal Kota Palembang, Sumatera Selatan mengatakan dirinya ke lokasi tersebut setelah pulang dari Jakarta.
“Kebetulan tadi masih pagi tiba di Lampung. Jadi rekreasi dulu menemani istri mencari bunga dan sekaligus mampir ke kebun ini,” terang dia.
Yudi mengaku, dengan adanya tol jarak tempuh dari kotanya relatif lebih singkat dan lebih aman di perjalanan.
“Kita mau pulang tengah malam pun tidak khawatir dari sisi keamanan, yang penting kita sehat dan tidak mengantuk saat menyetir,” katanya.
Selain warga dari luar provinsi, warga dalam Provinsi Lampung pun banyak yang mengunjungi lokasi kebun jeruk tersebut terutama dari Kota Bandarlampung.
“Sudah lama ingin berkunjung ke sini. Kebetulan tadi ada undangan pernikahan anak kawan di Kota Metro jadi sekalian mampir,” kata Hartini, warga Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Kota Bandarlampung. (ANT)
Namun ia menyoroti harga tiket masuk ke kebun tersebut yang dinilainya cukup tinggi yakni Rp10.000 per orang dan harga buah jeruk hasil petik Rp15 ribu per kilogramnya.
“Kami sering beli di Bandarlampung harganya hanya Rp10 ribu per kilo. Memang di sini kita bisa memilih buah sendiri tetapi perbedaanya tetap tinggi,” kata dia.
Selain itu, harga tiket masuk dinilainya tinggi karena hadir ke kebun tersebut hanya untuk melihat dan memetik buah jeruk yang ingin dibeli serta adanya kutipan “parkir” sebesar Rp10 ribu oleh pemuda setempat.
“Memang boleh makan sepuasnya. Paling maksimal tiga buah. Saya rasa ini cukup mahal ya, apalagi kalau datang bersama rombongan,” kata dia.
Sementara salah seorang pekerja di kebun tersebut Anto mengatakan kebun itu hanya dibuka pada hari Sabtu dan Minggu selama tanaman jeruknya berbuah.
Kebun tersebut pun melayani pembeli dalam partai besar untuk dijual kembali.
“Lebih banyak pemasukan ketika dibuat agrowisata seperti ini. Karena kita pun mendapatkan uang dari tiket masuk serta rata-rata pengunjung membeli hasil petikannya sendiri,” terang dia.