Scroll untuk baca artikel
Budaya

Mecaru Perayaan Nyepi Umat Hindu di Lampung, Khidmat

×

Mecaru Perayaan Nyepi Umat Hindu di Lampung, Khidmat

Sebarkan artikel ini

LAMPUNG  – Mecaru salah satu upacara  umat Hindu menyambut perayaan Nyepi. Nyepi caka warsa 1943, kali ini tentu berbeda dari sebelumnya ditengah pandemi Covid-19.

Mecaru di Lampung tahun ini, berjalan khidmat meski ada pembatasan guna mencegah kerumunan dan pembentukan klaster baru COVID-19.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Di kota ini sebenarnya ada empat banjar, namun untuk menyambut Hari Raya Nyepi biasanya Pura di Banjar Buana Shanti ini ramai untuk melaksanakan Mecaru karena menjadi pusat pelaksanaannya di kota ini, tapi sekarang kita batasi sesuai anjuran pemerintah di masa pandemi,” kata Sekretaris Pura Banjar Buana Shanti, I Wayan Aryudi di Bandarlampung, Sabtu.

BACA JUGA :  Suku Anak Dalam Perlu Dukungan Multi Pihak

Sehingga, lanjut dia, tiga banjar lainnya yakni Banjar Satria dengan 150 kepala keluarga (KK), Banjar Tengah 100 KK dan Banjar Setia Darma 60 KK diminta melaksanakan upacara Mecaru di puranya masing-masing.

“Untuk di Banjar Buana Shanti sekarang terdapat 252 KK, dan ini pun tidak semua umat di sini dilibatkan dalam kegiatan upacara dalam menyambut Hari Raya Nyepi,” kata dia.

Selain acara Mecaru yang dibatasi jumlahnya, kegiatan Melasti atau pembersihan semua perangkat yang ada di Pura dan Pengerupukan juga ditiadakan.

“Pengerupukan itu kita membuat ogoh-ogoh yang melambangkan Bhuta Kala untuk diarak, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar. Biasanya kan ini kita arak di tengah kota, tapi karena pandemi tidak diperbolehkan oleh pusat maupun provinsi maka dilaksanakan di pura  masing-masing sekadarnya saja,” ujarnya.

BACA JUGA :  Hikayat Keratuan Pugung, Versi Keturunan Ratu Darah Putih

Menurutnya, pada perayaan Nyepi tahun ini mungkin dari segi upacaranya ada yang sedikit berkurang, tapi semua harus memakluminya sebab kondisi sekarang sedang tidak memungkinkan untuk mengadakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.

“Namun saya harap meski dalam kegiatan upacara terasa kurang, hal itu tidak mengurangi kesakralan upacara itu sendiri dan perayaan Nyepi,” katanya.

Setelah melakukan semua kegiatan upacara tersebut, lanjut dia, barulah pada Minggu (14/3) umat Hindu Bali merayakan Hari Raya Nyepi dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian.

“Dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian itu,  pertama umat Hindu harus amati geni artinya tidak boleh menyalakan lampu simbol menahan nafsu, kemudian amati karya atau tidak boleh melakukan pekerjaan tapi untuk kerohanian boleh seperti membaca kitab suci,” kata dia.

BACA JUGA :  Patung Semar, Icons Tiyuh Totomulyo Tuai Kecaman Warganet

Kegiatan Mecaru merupakan upacara  memberikan korban suci kepada Bhuta Kala atau Bhuta Yadnya supaya mereka tidak mengganggu kegiatan umat Hindu di perayaan Nyepi. (Ant)