Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 18/04/2025
WAWAINEWS.ID – Itu dikatakannya dalam sebuah forum. Oleh Presiden Prabowo. Sebelum berangkat dalam lawatan ke Timur Tengah (9-15 April 2025). ‘Apa “Pak Puk” bisa dijadikan sebagai istilah bisnis?’. Ia tidak dibesarkan di pedesaan Jawa. Cara pengucapanya tidak tepat.
“Pak Puk” adalah frase dalam bahasa Jawa. “U”nya dibaca sepertu “u”-nya “kapuk”, “lauk”, “pauk”, “lapuk”.
Presiden Prabowo mengucapkannya: “Pak Pok”. “O”-nya dibaca seperti “kapok”, “kelompok”, “rampok”.
Apa itu “Pak Puk”?. Ialah frase bahasa Jawa yang artinya tidak untung, akan tetapi juga tidak rugi. Misalnya ketika seorang petani ditanya, “bagaimana hasil taninya. Dijawab “Pak Puk”.
Artinya hanya cukup untuk makan sekali periode panen, cukup untuk biaya operasional tanam (pupuk, bibit, pupuk), cukup untuk biaya tanam berikutnya. Tapi tidak bisa menyimpan keuntungan lebih. Hanya cukup untuk biaya produksi dan bertahan hidup saja dalam periode panen itu.
Apa korelasinya dengan tarif Trump?. Ketika Indonesia dijatuhi “resiprokal” tarif sebesar 32% sejak 2 April 2025 oleh AS. Kebijakan itu direvisi tanggal 9 April dengan ditunda 90 hari.
“Dosa” Indonesia, “menurut versi Trump” adalah surplus perdagangan. Sejak tahun 1980-an Indonesia selalu surplus. Menjadi defisit bagi AS. Tahun 2024 yang lalu Indonesia surplus hingga 14,37 Miliar Dollar AS. Jika kurs dollar Rp. 17.000,- nilai defisit itu setara hampir 250 T rupiah. Per tahun.
Kontribusi ekspor Indonesia ke AS mencapai 10% dari total ekspor Indonesia. AS merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia. Komoditi ekspor Indonesia ke AS meliputi: mesin dan peralatan listrik beserta komponennya, pakaian dan asesoris pakaian rajutan, pakaian dan asesoris pakaia non rajutan, lemak dan menyiak hewani atau nabati.
Selain itu Indonesia juga ekspor alas kaki, karet beserta produk turunannya, mebel, produk hewan air dan turunannya. Selain itu Indonesia juga mengekspor mesin dan peralatan mekanik, daging dan produk hewan air kemasan.