Scroll untuk baca artikel
LampungWisata

Pantai Labuhan Jukung Telan Korban Lagi: Wisata Bahari atau Jalur Cepat ke Alam Baka?

×

Pantai Labuhan Jukung Telan Korban Lagi: Wisata Bahari atau Jalur Cepat ke Alam Baka?

Sebarkan artikel ini
Suasana Pantai Labuhan Jukong, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Kawasan ini jadi salah satu destinasi wisata terbaik untuk menikmati matahari terbenam foto kunjungan 30 April 2023
Suasana Pantai Labuhan Jukong, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Kawasan ini jadi salah satu destinasi wisata terbaik untuk menikmati matahari terbenam foto kunjungan 30 April 2023

PESISIR BARAT – Wisata keluarga berujung tragedi kembali terjadi di Pantai Labuhan Jukung, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Rabu (9/7/2025).

Kali ini, giliran Aldi Suparman (40), warga Kabupaten Lampung Utara, yang hilang ditelan samudera setelah digulung ombak saat berenang bersama istri dan anaknya.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Istri Aldi, Meg, dan anak mereka, Riz, berhasil selamat. Aldi sendiri, seperti banyak pengunjung sebelumnya, tampaknya menjadi bagian dari statistik tragis wisatawan yang pergi ke pantai, tapi pulang hanya tinggal nama.

“Tadi sekitar jam dua siang, ombak besar datang, dan Aldi langsung terseret. Kami sudah peringatkan, tapi ya kadang manusia lebih percaya pada pelampung rasa bahagia ketimbang logika,” ujar warga sekitar yang enggan disebutkan namanya.

BACA JUGA :  Apdesi Tanggamus Dukung dan Siap Kawal Program Kerja 100 Hari Bupati untuk Kemajuan Daerah

Upaya pencarian sempat dilakukan oleh Tim Basarnas, namun dihentikan pada pukul 17.15 WIB karena cuaca buruk. “Kami akan lanjutkan pencarian besok,” ujar Kepala BPBD Pesisir, Imam Habibudin.

Sayangnya, ini bukan cerita baru di kawasan pantai Pesisir Barat, yang lebih sering dijuluki warga lokal sebagai “Pantai Labuhan ‘Langganan’ Jukung”, bukan karena jumlah pengunjung, tapi korban.

Berdasarkan data dilansir berbagai sumber:

  • 4 April 2025: AF (15), remaja asal OKU Selatan, hilang saat berenang di Pantai Mandiri Sejati. Ditemukan tiga hari kemudian dalam keadaan tak bernyawa, dua mil dari lokasi tenggelam.
  • 5 Januari 2025: Dua remaja asal Krui Selatan digulung ombak saat memanah ikan. Satu meninggal dunia, satu selamat. Hobi memanah berubah jadi upacara pelepasan jenazah.
  • 23 November 2024, Dua pelajar PAUD Ar-Roudhoh, masing-masing usia 38 dan 10 tahun
  • 30 Juli 2024: Leo Bauthamy (22), wisatawan asal Perancis, jadi korban internasional Pantai Walur.
BACA JUGA :  Parah, BPBD Lamsel Belum Miliki Data Lengkap Dampak Banjir

Anehnya, di tengah parade korban, belum ada pembenahan serius. Tidak ada sistem peringatan dini, papan larangan yang tegas, penjaga pantai profesional, atau edukasi nyata untuk wisatawan. Yang ada hanya narasi template:

“Kami imbau pengunjung untuk berhati-hati dan selalu waspada terhadap gelombang.” pernyataan klasik yang mungkin sudah jadi auto-reply dinas pariwisata setempat.

Kasus wisatawan asing tenggelam mendapat lebih banyak perhatian media dan otoritas maklum, bisa mencoreng citra global. Tapi kalau warga lokal? “Sudah biasa. Mereka kan tahu laut ganas, kenapa masih nekat?” seolah itu pembenaran.

Tanpa pembenahan nyata, Pantai Labuhan Jukung dan sekitarnya bukan lagi destinasi wisata, tapi lokasi elegi air mata. Bisa jadi slogan baru pariwisata Pesisir Barat adalah.

BACA JUGA :  Pemuda ODGJ Serang Rumah Pengusaha Wisata di Lampung, Satu Penjaga Rumah Tewas

“Datang untuk berenang, pulang dengan kenangan di batu nisan.”.***