wawainews.ID, Lampung – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution mengatakan bahwa budi daya Pisang Mas Lampung berkualitas ekspor bisa dijadikan percontohan untuk dikembangkan di daerah lain.
“Saya ingin mendengar masukan dari petani yang membudidayakan Pisang Mas di Tanggamus. Dengan harapan kiat-kiat ini dapat ditularkan ke daerah luar Lampung,” jelas Menko Perekonomian saat melakukan kunjungan kerja ke PT. Great Giant Pineapple (GGP) Humas Jaya, Kabupaten Lampung Tengah, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa petani Pisang Mas Lampung berhasil melakukan budi daya dengan hasil yang menguntungkan.
Menurutnya, dengan menyebarkan kiat-kiat petani Lampung dalam berbudi daya ke daerah lain, tentunya akan berdampak dalam upaya peningkatan ekspor Indonesia.
Menko Perekonomian juga mengakui dirinya melakukan kunjungan untuk mendengar masukan dari petani terkait budi daya kebun baik pisang, nanas, dan lainnya.
“Kelemahan negara kita yaitu eskpor kita kalah cepat dari impor. Dan saya tidak ingin hal ini berkepanjangan. Untuk itu, saya ingin mendengarkan kiat petani Lampung mulai dari benih, pemupukan, perawatan, hingga panen. Sehingga kiat-kiat tersebut dapat saya bagikan ke daerah lainnya untuk dapat meningkatkan perekonomian Indonesia,” ungkap Darmin.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya senang dapat berkunjung ke Provinsi Lampung, terutama dapat bertemu dengan para petani Tanggamus, Lampung.
Dalam kunjungan tersebut, Menko Perekonomian didampingi Pj. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto.
Rombongan Menteri melakukan peninjauan ke tempat pengalengan nenas, dan tempat paking jambu (PT. GGP), dan tempat penggemukan sapi, serta ke pabrik sapi penghasil susu (PT.GGL).
Sementara itu, Director of Corporate Affairs PT. GGP Welly Sugiono menjelaskan kunjungan Menko Perekonomian ke Lampung adalah untuk mengetahui kiat petani Lampung agar dapat diterapkan di tempat lainnya.
“Pak Menko Darmin Nasution ingin menerapkan upaya petani Lampung, terutama petani Pisang Mas, untuk dapat diterapkan di daerah lainnya. Dengan harapan dapat meningkatkan percepatan perekonomian,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, M. Nur Soleh selaku petani binaan GGP asal Tanggamus mengungkapkan bahwa dirinta sudah bergabung dengan GGP secara kekeluargaan sejak tahun 2011.
Ia mengaku bergabung dengan GGP berdasarkan kepercayaan.
“Dari awal kami bekerja sama dengan GGP atas dasar kepercayaan, mulai dari menanam, hingga penjualan. Dan Pisang Mas merupakan bentuk kerja sama kami ketiga, sebelumnya ada pepaya dan jambu,” jelas Nur.
Ia menjelaskan sejak bekerja sama selalu didampingi tim GGP Tanggamus dalam melakukan penanaman.
Sebelumnya, Nur merupakan petani kopi, mengingat masa panen kopi yang lama, maka petani beralih ke pisang.
“Dulu kami juga petani kopi, namun karena masa panen yang lama, kami beralih ke pisang. Dan kami setiap minggunya bisa menghasilkan uang sekitar Rp1,7 juta,” jelas Nur.
Suroto, petani Tanggamus lainnya, mengungkapkan bahwa dalam melakukan penanaman pisang membutuhkan perawatan yang jeli.
“Kami harus melakukan perawatan dengan teratur hingga saat panen, bahkan dalam masa panennya juga harus dihitung dengan baik, yaitu tujuh minggu dari awal berbunga,” jelasnya.
Dalam melakukan perawatan, menurut Suroto, diperlukan pemberian pupuk, terutama pupuk organik. Namun kebanyakan di pasaran saat ini, pupuk yang dijual sudah tidak original dan banyak campurannya.
“Kini pupuk organik sangat sulit didapatkan, bahkan banyak campurannya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan peran pemerintah daerah dalam distribusi pupuk,” jelasnya. (Ant)