KOTA BEKASI — Riak polemik yang bergelombang di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ternyata tidak berhenti di Jakarta. Gaungnya ikut terasa hingga ke daerah, termasuk di Kota Bekasi. Di tingkat akar rumput, warga Nahdliyin mulai menunjukkan kegelisahan bukan karena kurang kegiatan, melainkan karena terlalu banyak drama di tingkat pusat.
Dinamika internal PBNU yang belakangan mencuat ke ruang publik dinilai memunculkan kebingungan di kalangan jamaah NU. Warga yang sehari-hari disibukkan dengan pengajian, kegiatan sosial, hingga pelayanan umat, kini justru dipaksa ikut “mencerna” polemik elite yang tak kunjung reda.
Sejumlah warga NU di Bekasi berharap polemik tersebut tidak berlarut-larut. Kekhawatiran utama bukan soal siapa yang menang atau kalah, melainkan potensi retaknya soliditas organisasi yang selama ini dikenal kuat, teduh, dan menjunjung musyawarah.
“Di bawah kami ini fokus ngaji, tahlilan, bantu masyarakat. Jangan sampai yang di atas malah bikin bingung yang di bawah,” ujar salah satu warga NU Bekasi yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi situasi tersebut, Mustasyar PCNU Kota Bekasi, H. Sudjatmiko, menyampaikan sikap moderat dan menenangkan. Ia berharap persoalan internal PBNU dapat diselesaikan secara arif dan dewasa, tanpa memperpanjang kegaduhan yang berdampak ke daerah.
Pernyataan itu disampaikannya saat ditemui dalam kegiatan Pendidikan Kader Penggerak Bangsa di Bekasi, Sabtu (13/12/2025).
“Kami berharap polemik ini bisa diselesaikan dengan baik. Siapa pun yang nantinya menjadi Ketua Umum PBNU, tentu akan tetap kami dukung demi kemaslahatan jam’iyah,” ujar Sudjatmiko.
Ia menegaskan bahwa NU adalah organisasi besar yang fondasinya berada di tingkat jamaah dan struktur daerah. Karena itu, stabilitas dan keteladanan dari elite pusat menjadi kunci agar kepercayaan warga tidak tergerus oleh tarik-menarik kepentingan.
Warga NU Bekasi pun berharap penyelesaian polemik PBNU dilakukan dengan pendekatan khas Nahdlatul Ulama, musyawarah, tabayun, dan mengedepankan persatuan. Mereka mengingatkan, NU besar bukan karena gaduhnya elite, melainkan karena khidmatnya warga di akar rumput.
Singkatnya, warga NU Bekasi ingin satu hal sederhana PBNU rukun di pusat, NU tetap teduh di daerah.***










