Sebaliknya, Ganjar justru masih menggunakan narasi Islamiphobia sebagai piranti kampanye politik.
Jadi, jika para buzzer sekarang masih saja menyerang Anis dengan isu politik identitas maka cara dan gaya itu sudah basih, ketinggalan zaman dan kuno.
Faktor yang mempengaruhi ialah variebel mediatory, perlu dimanage dan dikendalikan. Soal kinerja dan prestasi, Anis jauh lebih baik dan bagus dari Ganjar.
Lantaran Anis bisa sukses keluar dari persoalan ekonomi dan kemiskinan sedangkan Ganjar tetap pada indeks yang sama bahkan dinilai Jawa Tengah sebagai provinsi termiskin di Jawa.
Anis sukses membangun fasilitas publik dengan APBD tapi Ganjar tidak demikian, pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah dominan oleh APBN.
Beberapa konten Development and Gavermance lainnya bisa diadukan secara statistik, hasilnya Anis tetap di atas rata-rata.
Demokrasi yang ideal itu ialah menjadikan fariabel mediatory sebagai pijakan review kelayakan Capres.
Tapi Pemilih kita belakangan ini masih tertipu dan dibodohkan oleh buzzer yang fokus menilai Capres dari identitas dan entitasnya.