Anis sejak awal sudah cerdas memanage Islam politik sebagai gerakan kema’rufan untuk politik nasional.
Islam boleh saja dijadikan sebagai rajutan politik to Islam penuh dengan ajaran ajaran politik demokrasi dan bernegara, jadi apa salahnya para muslimin menjadikannya sebagai semangat kebatinan, itu kan nilainya sama dengan anda mengucapkan bismillahirrahmanirrahim saat akan bertugas sebagai pegawai atau pejabat Negara.
Tetapi yang paling esensial ialah setelah jadi Gubernur, Anis ternyata tampilan dan kerja-kerjanya sangat nasionalis bahkan melebihi orang orang yang selama ini mengaku Nasionalis berpartai nasionalis.
Jadi, selalu Anis mengatakan “hadapi semua omongan di media itu,jangan jawab dengan kata-kata, tapi jawablah dengan kinerja”.
Kalimat itu berbeda dengan narasi JKW yang “Kerja-Kerja-kerja” tetapi mengabaikan nilai dalam setiap pekerjaan dan capaiannya.
Sampai di sini harus nya sudah bisa difahamkan bahwa untuk membasmi Buzer itu sulit dengan kebijakan, karena justru buzzer itu buah skenario kekuasaan.
Tapi melawan Buzzer dengan narasi kecerdasan dengan kemampuan merasionalisasikan fakta, data dan informasi serta strategi deseminasi yang tepat maka dalam waktu tak lama, para Buzzer itu bisa dikalahkan lalu kita akan memasuki ruang demoration election di 2024.
Publik sesudah cerdas, menilai mana yang hoax mana yang benar.
Jadi,jangan dikira orang percaya, sebenarnya publik sedang menertawai para Buzzer itu.
Oleh : Al Ghozali Hide Wulalada (Akademisi dan Praktisi Hukum )