Oleh: (Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)
WAWAINEWS.ID – Rocky Gerung (RG) atau yang pernah saya ulas dalam Rocky De Plato (eramuslim.com, 31/8/20) kembali menunjukkan posisinya sebagai filsuf yang menunjukkan arah jalan bagi bangsa kita, beberapa hari terakhir ini. Dalam video viral pidato RG di hadapan pimpinan buruh di Bekasi, Sabtu lalu, dia menjelaskan
1) Buruh harus mengulang kembali penulisan sejarah bangsa kita. Dengan demikian nasib buruh akan ditentukan sendiri olehnya, bukan kaum pemilik modal.
2. Jangan berharap pada Jokowi. Menurutnya, Jokowi hanya mengurus legacy untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Bukan negara dan bangsa.
Jokowi “jualan” IKN ke China dan mutar-mutar mengunjungi parpol-parpol politik hanya untuk memastikan keselamatan dirinya paska berkuasa. Karakter seperti ini, bahkan, menurut RG adalah karakter “Bajingan Tolol” atau “Bajingan Pengecut”.
Jika dia tidak tolol, tentu dia akan berunding dengan kekuatan riil rakyat, dalam pidato itu dia sebutkan Jumhur Hidayat, ketua umum Serikat Buruh KSPSI, yang akan mengorganisir aksi sejuta buruh.
Ketiga, menurut Rocky, Perubahan hanya bisa dicapai melalui gerakan. Gerakan buruh atau rakyat hanya bisa diukur oleh dua hal, yakni besaran massa dan arah gerakannya.
Semakin besar massa yang bergerak semakin cepat perubahan terjadi, sepanjang arahnya tepat. Arah, menurutnya, harus menuju pusat kekuasaan.
BACA JUGA: Rocky Gerung Soroti Nama Ganjar Hasil Putusan Rakernas NasDem
Jika gerakan buruh pada 10 Agustus nanti dalam jumlah besar, ke istana dan memacatkan jalan tol, maka kaum buruh akan memimpin masa depan bangsa. Nasib buruh akan berubah.
Pemikiran Rocky ini kurang dibahas oleh media yang ada saat ini. Heboh media adalah soal istilah “Bajingan Tolol”, yang disematkan RG pada karakter kekinian Jokowi. Puluhan relawan Jokowi melaporkan RG ke Bareskrim Polri.
Mereka menyebut Rocky melakukan penghinaan terhadap kepala negara. Pelaporan seperti ini telah berkali-kali terjadi dari kaum Jokowers terhadap oposisi yang membahas soal kepemimpinan Jokowi. Awal tahun ini, ketika Cak Nun, ulama besar, mengatakan Jokowi Fir’aun, mereka juga gusar.
Tapi tidak seorangpun berani melaporkan ulama seperti Cak Nun. Entah kenapa. Padahal baik istilah Fir’aun maupun “Bajingan Tolol” adalah stempel atas tafsir karakter.
Pandangan RG soal perubahan, soal pencapaiannya, mengalami penambahan sisi, dari urusan sekedar memenangkan Anies Baswedan, sebagai capres representasi kaum perubahan, di satu sisi, namun di sisi lainnya, ada jalan lain yaitu membangun kekuatan massa dan mengarahkan kekuatan itu vis a vis dengan kekuasaan Jokowi.
Meskipun beberapa kelompok oposisi telah menyerukan “people power”, tapi ” massvorming”, sejauh ini hanya dilakukan oleh kaum buruh. Sehingga, menurut Rocky, kemungkinan people power itu dimulai jika dan hanya jika tanggal 10 Agustus buruh bergerak massif.
BACA JUGA: Rocky Gerung Meraung, Penguasa Limbung
Pikiran Rocky ini berbeda dengan kebanyak timses Anies Baswedan, maupun kelompok capres lainnya, yang berlomba-lomba merebut simpati komunitas “tengah” alias “abu-abu”, yang dalam istilah Utting Research of Australia, sebagaipemilih yang ingin keberlanjutan dan sekaligus perubahan, dengan jumlah 61%. Rocky ingin perubahan itu bukan soal menang pemilu, melainkan mampu menuliskan sejarah. Rakyat miskin harus menulis sejarah bangsa kita.