BANDAR LAMPUNG – Rumah mantan Bupati Pesawaran dua periode, Dendi Ramadhona, di Jalan Bukit No. 86, Kota Baru, Bandar Lampung, mendadak jadi destinasi wisata dadakan pada Rabu (24/9/2025) sore. Bukan karena ada open house, tapi karena Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung menggelar operasi geledah terkait dugaan korupsi proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) tahun 2020–2025.
Suasana tetangga pun heboh salah satunya adalah tetangga setia sekaligus partner main gaple Dendi, tampak terheran-heran.
“Tadi ramai mobil masuk jam 15.30 WIB ba’da Asar, sampai malam masih betah. Kayak tamu arisan, tapi bawa surat tugas,” kata tetangga Dendi, sebagaimana dilansir Wawai News.
Menurutnya keluarga Dendi sebenarnya dikenal religius dan supel. “Pak Dendi itu bagus, orang tuanya juga bagus. Salat lima waktu rajin. Gaple juga rajin. Tinggal korupsinya nih yang katanya ikut rajin, saya kurang tahu,” ujar tetangganya, mencoba tetap positif.
Delapan Mobil, Satu Rumah, Satu Malam Panjang
Geledah berlangsung sampai tengah malam. Tepat pukul 00.05 WIB, delapan mobil keluar dari rumah Dendi dengan kawalan Polisi Militer. Formasinya mirip konvoi pejabat: tujuh Innova dan satu Camry. Bedanya, kali ini bukan kunjungan kerja, melainkan kunjungan “bongkar-bongkar berkas.”
Sebelumnya, Dendi sudah diperiksa pada 4 September 2025 terkait dugaan korupsi proyek SPAM senilai Rp8 miliar. Sebagai kepala daerah kala itu, Dendi diduga punya andil dalam carut-marut regulasi DAK di Dinas PUPR. Kalau benar, maka air bersih yang seharusnya mengalir ke masyarakat malah mengalir ke rekening tertentu.
Netizen Satir: “Air Gak Jalan, Jalan Jadi Kolam Ikan”
Warganet, seperti biasa, lebih cepat dari kecepatan penyidik.
- Daniesta Sanak Umbulan: “Haaaaa.. gk gubernur gk bupati.. korup semua.. wajar jalan se-Lampung jadi kolam ikan.”
- Ahmad: “Busett rumahnya, udah kaya masih aja kurang.. manusia serakah ***.”
- Komentar lain: “Kalau gak punya ide bangun daerah, jangan nyalon. Malu sama warga. Sekarang masyarakat udah melek, gak bisa lagi dibodohi janji ‘pembangunan berkelanjutan’ tapi jalanan tetep kayak empang.”
Kasus ini sekali lagi menunjukkan bahwa pejabat kita sering punya bakat multitasking: bisa salat berjamaah, bisa main gaple, dan bisa juga mengatur proyek SPAM jadi “Sistem Penyedotan Anggaran Masyarakat.”
Kalau memang terbukti, jangan-jangan gaple malam hari hanya pemanasan sebelum “mengocok kartu proyek” di siang harinya.
Masyarakat Lampung masih menunggu kapan jalanan yang katanya mau mulus jadi kenyataan? Jangan-jangan nanti slogan Pemda berubah jadi “Dari Jalan Berlubang Menuju Kolam Renang.”***