BudayaZona Bekasi

Sedekah Bumi Ngarak Kebo Bule Ditahun Alif di Kranggan

×

Sedekah Bumi Ngarak Kebo Bule Ditahun Alif di Kranggan

Sebarkan artikel ini
Ngarak Kebo Bule, tradisi Kranggan, Kota Bekasi yang masih dilestasikan. Ngarak Kebo Bule digelar sewindu sekali atau 8 tahun puncak dari budaya babaritan atau sedekah bumi, Jumat (14/1/2022)- foto wawai news
Ngarak Kebo Bule, tradisi Kranggan, Kota Bekasi yang masih dilestasikan. Ngarak Kebo Bule digelar sewindu sekali atau 8 tahun puncak dari budaya babaritan atau sedekah bumi, Jumat (14/1/2022)- foto doc wawai news

WAWAINEWS – Kampung Kranggan, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat cukup dikenal dengan berbagai budaya adat istiadat yang masih terjaga ditengah perkotaan. Salah satunya adalah babaritan atau sedekah bumi yang masih lestari sejak berabad-abad silam.

Di adat Kranggan ritual sedekah bumi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kali ini memasuki tahun alif dilaksanakan dengan ritual ngarak kebo bule berkeliling kampung.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Memasuki Tahun Alif kali ini, Jumat 14 Januari 2022, sesepuh atau tetua Kampung Kranggan menggelar ritual Peringatan Sedekah Bumi Ngarak Kebo Bule. Ritual tersebut hanya dilaksanakan selama 8 tahun sekali.

BACA JUGA :  Pembangunan Apartemen Majapahit Cibubur Sudah Kantongi Rekomendasi Amdal dari DLH Kota Bekasi

“Ngarak kepala kebo bule berkeliling kampung, hanya sebagai simbol ucapan rasa syukur yang digelar 8 tahun sekali memasuki tahun alif. Giat budaya tersebut sebagai ungkapan rasa syukur,”ungkap salah satu Tokoh Adat kesepuhan Kranggan Suta Tjamin.

Untuk tahun ini, warga Kranggan mengelar acara puncak dari tradisi babarit dengan memotong kebo bule dan mengaraknya bersama sesajian hasil bumi berupa buah-buahan, kue, ikan, daging, serta nasi lima warna yang diletakkan dalam sebuah jalinan bambu yang beralaskan daun pisang berukuran 1,5 m x 1,5 m.

Ribuan warga tumplek mengikuti ngarak kebo bule dengan menggunakan pakaian adat khas Kranggan. Giat itu juga dimulai dengan pertunjuk seni khas Kranggan seperti silat dan lainnya.

BACA JUGA :  Memasuki Musim Hujan, RWP dan Unit Pasar Kranji Lakukan Pembenahan

“Maknanya adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang pencipta, bahwa masyarakat telah diberikan kesehatan, cukup diberikan sandang, pangan, papan, tidak ada bencana, tidak ada bala selama setahun ini,” ungkap Suta Tjamin,

Ditempat yang sama, salah satu tokoh masyarakat Kranggan Anim Imamudin mengatakan bahwa tradisi ini telah membaur sekian lama dengan masyarakat.

Meskipun sarat dengan adat Sunda, babarit telah menjadi kebutuhan spiritualitas masyarakat, terlepas dari berbagai perbedaan latar belakang kehidupan pribadinya.

Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi ini juga lebih lanjut menjelaskan acara tradisi hari ini merupakan hajat bersama warga Kranggan, tanpa melihat suku, ras, agama atau kepercayaan tertentu.

Namun demikian disetiap momen diselingi dengan doa menurut kepercayaan agama islam

BACA JUGA :  Warga Sekitar Lokasi Stasiun Pengumpul Gas Lapangan Jatinegara di Jatiraden Minta Direlokasi

“Ini acara bersama, tidak lihat suku, ras, agama, atau kepercayaan. Semua warga Kranggan akan mengikuti adat buhun, adat leluhur,” ucap Anim. (*)