Scroll untuk baca artikel
Head LinePendidikan

SMP 62 Kota Bekasi: Sekolah Negeri Rasa Pos Ronda, Anggaran Triliunan Menguap Entah ke Mana

×

SMP 62 Kota Bekasi: Sekolah Negeri Rasa Pos Ronda, Anggaran Triliunan Menguap Entah ke Mana

Sebarkan artikel ini
Suasana belajar mengajar di ruang kelas SMPN 62 Kota Bekasi, dengan kondisi seadaanya Kamis 9 Oktober 2025 - foto doc ist

KOTA BEKASI — Di tengah anggaran pendidikan yang menggunung tinggi seperti tumpukan APBD Rp triliunan, ternyata masih ada sekolah negeri di Kota Bekasi yang kondisinya bikin geleng-geleng kepala dan gatal tangan ingin renovasi sendiri.

Video viral dari Unit Sekolah Baru (USB) SMP 62 Kota Bekasi di Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, memperlihatkan realitas getir dunia pendidikan: sekolah tanpa pintu, plafon jebol, meja kursi tak lengkap, bahkan ruang kelasnya mirip basecamp panitia tujuhbelasan, bukan tempat menimba ilmu.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Padahal, ini Bekasi kota penyangga Ibu Kota, bukan daerah pascabanjir bandang.

Ketua Umum Lembaga Investigasi Anggaran Publik (LINAP), Baskoro, tak bisa menutupi keprihatinan sekaligus rasa geli melihat ironi tersebut.
Ia menyebut anggaran pendidikan Kota Bekasi sudah seperti nasi tumpeng raksasa, tapi muridnya masih makan dari piring kertas sobek.

“Anggaran pendidikan kita besar. Tahun 2023 realisasinya Rp1,68 triliun, 2024 naik jadi Rp1,9 triliun. Tapi entah menguap ke mana, sekolahnya malah mirip kandang ayam edisi mural,” kata Baskoro kepada Wawai News, sambil menahan tawa getir, Sabtu.

Baskoro Ketua Umum DPP LSM LINAP
Baskoro Ketua Umum DPP LSM LINAP

Menurutnya, anggaran pendidikan Bekasi terlihat “menang di kertas”, tapi “KO di lapangan”. Seolah yang penting angka besar tertulis di APBD, soal anak-anak belajar di ruang tanpa kursi, itu urusan belakangan kalau viral baru sibuk.

Baskoro juga membocorkan fakta absurd lain: SMP 62 ternyata tidak punya lahan dan gedung sendiri. Sejak berdiri tahun 2023, sekolah itu masih menumpang di bekas kantor kelurahan.

“Ini lucu sekaligus miris. Syarat mendirikan sekolah itu kan harus punya lahan dan bangunan. Tapi entah kenapa aturan itu seperti cuma berlaku untuk rakyat kecil, bukan untuk proyek yang diluncurkan pemerintah,” katanya.

Ia menyindir pemerintah yang sibuk membangun taman-taman estetik dan rumah dinas megah, tapi lupa memperbaiki ruang kelas yang plafonnya sudah menyerah pada gravitasi.

DPRD Turun Tangan Setelah Viral: Tradisi Lama, Gaya Baru

Seperti biasa, setelah video viral, Komisi IV DPRD Kota Bekasi baru tergerak melakukan sidak ke lokasi, Kamis (9/10/2025).

Kalimat pertama yang keluar dari mereka tentu saja: “Kami prihatin.”
Kalimat kedua: “Akan dievaluasi.” Kalimat ketiga biasanya hilang ditelan angin.

Wakil Ketua Komisi IV, Wildan Fatturrahman, yang memimpin sidak, tampak kaget seolah baru tahu bahwa di Bekasi ada sekolah negeri rasa pos ronda.

“Kelasnya nggak ada pintu, plafonnya jebol, dindingnya bolong ditutup lukisan anak-anak. Ini sudah tiga tahun berdiri tapi progresnya nihil,” kata Wildan, dengan ekspresi antara kecewa dan tidak percaya, padahal gajinya juga dari APBD yang sama.

Lucunya, anak-anak di sekolah itu tetap belajar dengan semangat sebagian tanpa kursi, sebagian menulis di pangkuan, seolah sedang ikut lomba menulis tercepat di bumi.

“Selama ini, pemerintah dan dewan kita punya sistem pengawasan berbasis algoritma: kalau viral, baru peduli. Kalau nggak viral, ya dianggap fiksi,”
ucap Baskoro menutup kritiknya dengan lembut tapi membekas lama.

Ia menegaskan, jika anggaran triliunan bisa cepat cair untuk gaji, tunjangan, dan bangunan rumah dinas, maka seharusnya membangun ruang kelas tak perlu menunggu trending di media sosial.

“Lucunya, kalau rumah dinas bocor semalam langsung diperbaiki. Tapi kalau plafon sekolah jebol bertahun-tahun, baru heboh setelah masuk TikTok. Ini Bekasi, Bung, bukan film komedi!”

SMP 62 Kota Bekasi kini jadi simbol ironi pendidikan modern: anak-anak belajar tentang masa depan di gedung masa lalu, dengan plafon yang siap turun setiap saat.

Bekasi tak kekurangan anggaran, tapi mungkin kekurangan empati.
Dan selama pejabat masih sibuk berkata “prihatin”, murid-murid akan terus belajar dengan doa:

“Semoga besok plafonnya nggak jatuh pas ujian.”

Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi tidak menyarankan gedung Unit Sekolah Baru (USB) SMP 62 Kota Bekasi yang saat ini menempati bekas Kantor Kelurahan Medan Satria untuk direnovasi.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Bekasi, Alexander Zulkarnain menilai, renovasi akan membuang banyak anggaran. Sebab, gedung yang sebelumnya merupakan kantor Kelurahan Medan Satria tersebut tidak didesain sesuai dengan standar sekolah.

“Yang jelas gedung ini bukan didesain untuk sekolah, tindak lanjutnya direhab, kalau menurut saya tidak efektif juga karena boros,” katanya, Kamis.***

SHARE DISINI!