Scroll untuk baca artikel
Opini

Soekarno-Soeharto: Paling Pantas Status Pahlawan

×

Soekarno-Soeharto: Paling Pantas Status Pahlawan

Sebarkan artikel ini

Kemudian menjadi Persiden hingga tahun 1966. Semua itu puncak-puncak peran kebangsaan.

Soeharto bukan saja memimpin perlawanan terhadap kolonialis Jepang dan Belanda/Sekutu. Ia menyelamatkan kudeta terhadap Presiden Soekarno dalam peristiwa 3 Juli 1946. Ketika Indonesia merdeka belum genap satu tahun.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kudeta itu merupakan salah satu puncak kegentingan kebangsaan.

Soeharto menjalani peran utama dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Terdapat upaya, peran itu dikaburkan. Akan tetapi tidak bisa menghapus fakta, perancana teknis serangan militer itu Letkol Soeharto. Sekaligus komandan penyerangan.

Peristiwa itu mengantar Indonesia untuk diakui kedaulatannya.

Banyak pejuang, akan tetapi tidak berada dalam situasi figur puncak penentu, diakunya kedaulatan.

BACA JUGA :  Kartu Prakerja, Kompetensi Semu dan Anggaran yang Kurang Efektif

Soeharto juga ditakdirkan sebagai perencana teknis militer sekaligus komandan pertempuran perebutan Irian Barat. Ia sedikit figur dalam dunia militer yang berkesempatan memimpin tiga matra pasukan bertempur untuk negaranya. Ia berhak status jenderal bintang 5.

Soeharto juga menjadi figur penentu menghadapi kudeta PKI 1965. Sebelum akhirnya terpilih sebagai presiden. Lebih 30 tahun berikutnya.

Soekarno memiliki gagasan Pancasila. Soeharto memiliki gagasan “Pembangunan sebagai penjabaran Pancasila dalam semua seginya”.

Soeharto berjasa dalam penanaman idiologi Pancasila melalui konsep penataran P4. Berdasarkan prinsip “Eka Prasetya Panca Karsa”.

Persiden Soeharto juga memiliki gagasan strategi pembangunan terencana, bertahap dan berkelanjutan. Diterjemahkan dalam Pelita. Gagasan awalnya dikemukakan di pasar Klewer tahun 1971.

BACA JUGA :  Islam, Demokrasi dan Keadilan sosial: Catatan Atas Pidato Dato' Seri Anwar Ibrahim

Pembangunan KUD-BUUD dinilai sejumlah pihak juga merupakan gagasan originalnya.

Berdasar tiga kriteria di atas, kedua figur itu menempati prioritas pertama. Bersama Jenderal Soedirman. Mungkin juga Jenderal Nasution.

Figur lain tidak lebih pantas menyandang gelar pahlawan. Ketika figur-figur di atas belum menyandangnya.

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 02-10-2024