LAMTIM – Tarian itu diprakarsai oleh beberapa orang yang mengenakan pakaian khas dan seutas selendang terikat di pinggang. Tangan meliuk-liuk seolah sedang terbang di angkasa dengan sayapnya. Gerakan tarian nya meniru gerak elang.
Itulah ciri, Tari Cetik (Taghi deghani dan Tari debingi). Tari tersebut adalah salah satu seni tradisi di Jabung, yang masih terjaga di wilayah paling Timur bumi tuah bepadan. Jabung, ternyata selain memiliki potensi wisata alam juga kaya budaya tradisi yang terjaga dan dilestarikan.
Tari Cetik, dulunya hanya ada di Sesat (rumah adat). Ia hanya tampil pada saat acara besar seperti pernikahan, khitanan di wilayah Jabung. Tari itu sendiri, bisa dibawakan oleh pemuda pemudi. Sehingga memberi kekaguman dengan diiringi tabuh arus, sebagai pengiring yang dihasilkan dari gemelan.
“Gerakan tari cetik lembut.
Gerakan meniru keindahan gerakan elang (kenui) melayang di udara. Setiap gerakan memiliki filosofi tersendiri,”ujar Mangku Marjuna Pendiri Perguruan Panglima Kumbang, Pelaku Seni di Negarabatin, Jabung Lamtim beberapa waktu lalu.
Lima gerakan tari cetik, mengandung arti rukun islam. Sebelum melakukan gerakan ada gerakan yang namanya ghejoh. Yakni melayang sambil menahan dan mengikuti irama.
Hal tersebut mengajarkan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita harus bersabar sebelum mengambil sikap (Keputusan).
“Tiap langkah dalam tari cetik khas Jabung mempunyai makna dan berhubungan dengan Ajaran islam,”tukasnya.
Menurutnya meskipun di zaman penjajah membuat seolah-olah budaya dianggap lebih tinggi dari agama. Tapi ternyata para leluhur di Jabung menjadikan setiap budaya selaras dengan agama.
Kenapa Elang yang ditiru dalam tari Cethik? Karena elang memiliki gerakan yang indah di udara. Elang sendiri mempunyai pilosofi tersendiri bagi masyarakat jabung yakni, fokus pada tujuan, berdikari, tak takut pada badai, menyukai sesuatu yang baik serta setia.(*)