Usai kegagalan sekulerisasi dan liberalisasi Islam dalam balutan globalisme. Islam di Indonesia terus menjadi persfektif dan proyeksi target politik ideologi kaiptalis dan ideologi komunis.
Kedua produk pemikiran manusia yang secara substansi dan esensi berorientasi pada material juga bersifat atheis itu. Memang memposisikan Islam sebagai penghalang terbesar ambisi thogut dunia.
Setelah kriminalisasi ulama, khususnya pada Imam Besar Al Mukarrom Al Habib Rieziq Syihab. Rezim tak pernah membiarkan seseorang menjadi simbol pemimpin dan perlawanan rakyat di luar pemerintahan.
Ulama kharismatik yang bervisi amar maruf nahi kunkar dan penggerak massa seperti Imam Besar Habib Rieziq Syihab itu.
Bukan saja menjadi pemimpin umat Islam dan rakyat Indonesia pada umumnya. Keteguhan dan konsistensinya berdakwah, seiring waktu dinilai sebagai ancaman kekuasaan dan dianggap dapat menggulingkan rezim yang memang cenderung dibawah anasir kekuatan anti Islam.
Selain banyak lagi pemenjaraan ulama dan aktifis yang kritis terhadap rezim. Belakangan juga sering terjadi teror dan penganiyaan terhadap ulama. Bahkan sudah ada beberapa pembunuhan ulama yang terang-terangan dan terbuka. Habib Bahar Bin Smith yang dianggap penerus Imam Besar Habib Rizeq Syihab juga mengalami hal serupa.
Setelah bebas dari penjara dan harus bolak balik ke kepolisian menghadapai laporan tendensius dan politis. Sempat mengalami teror dikirimi kepala seekor Anjing. Boleh jadi Habib Bahar Bin Smith juga dapat terancam pembunuhan.