LAMTIM – Sejumlah petani Jagung di wilayah Kabupaten Lampung Timur dipastikan mengalami kerugian akibat serangan hama ulat Grayak (spodoptera exigua) yang banyak menyerang areal pertanian pasca tanam di wilayah setempat.
“Hama Ulat itu, menyerang daun dan batang jagung yang baru berumur satu bulan lebih. Petani bingung, jika ingin bebas petani harus mengeluarkan biaya tinggi untuk beli obat,”ungkap Sahroni, petani di wilayah Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur, Kamis (16/1/2020).

Meski demikian jelasnya tidak ada upaya dari pemerintah setempat dalam membantu petani menangani hama tersebut. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Sekampung Udik belum memberi solusi apapun atas Ulat Grayak yang sudah banyak memakan areal pertanian jagung petani.
Menurutnya UPT Dinas Pertanian setempat hanya melihat langsung, dan foto bersama petani untuk laporan tapi tindak lanjutnya nol. Padahal petani melapor agar mendapat solusi.
“Kemaren ada petugas UPT Pertanian Sekampung Udik datang. Hanya membagikan obat satu botol, itu hanya cukup untuk areal ukuran seperempat. Padahal sisa maish banyak dalam kardus, dua kardus di bawa pulang lagi,”ujar Sahroni, kepada Wawai News.
Menurutnya petani sangat membutuhkan bantuan pemerintah agar produksi jagung yang baru ditanam pasca kemarau panjang yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia sejak pertengahan 2019 lalu.
Namun dengan kondisi sekarang petani pesimis bisa memberi hasil maksimal. Jagung imbuhnya baru berumur sebulanan tapi banyak dimakan ulat grayak.
“Apalagi harga jagung fluktuasi, kadang mendapat harga bagus kadang pulang biaya tanam saja sudah syukur. Kami Petani berharap ada solusi nyata dari pemerintah Kabupaten Lampung Timur,”tukasnya.
Diketahui Ulat Grayak atau nama latinnya Spodoptera frugiperda atau fall army worm merupakan hama invasif. “Dia menyerang tanaman jagung pada beberapa negara di dunia,” ujar Enie di Jatisari, Jawa Barat dikutif dari Republika.
Ulat tersebut pun menyebar ke negara-negara lain seperti Afrika, India, Thailand, China, dan Myanmar. Dalam satu malam, ngengat S. frugiperda mampu terbang sejauh ratusan kilometer dengan bantuan angin Sementara negara asalnya di Amerika, S. frugiperda dapat berpindah sejauh 1700 km dari Texas ke Florida pada musim semi hingga musim gugur.
“Jadi kita jangan main-main dengan ancaman hama ini. Bahkan, hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil pada produksi jagung sebesar 40 persen di Honduras dan 72 perseb di Argentina. Kita upayakan betul jangan sampai terjadi seperti itu di Indonesia,” tegasnya.
“Masyarakat harus tahu bagaimana ciri-ciri gejala serangan hama S. frugiperda yang menyerang tanaman jagung,” ucapnya.
Pada serangan awal, kata Enie, larva S. frugiperda memakan lapisan epidermis daun. Pada serangan lanjutan, larva S. frugiperda memakan daun-daun hingga ke pucuk tanaman serta terlihat lubang-lubang pada daun jagung. Selanjutnya pada tingkat serangan yang tinggi, kita dapat menemukan kotoran dari larva pada tanaman jagung seperti serbuk gergaji”, jelas Ernie dengan rinci.
“Selain menyerang daun, larva S. frugiperda juga dapat menyerang tongkol jagung. Sedangkan hasil pemantauan di lapangan, serangan S. frugiperda lebih banyak ditemukan pada tanaman jagung yang masih muda dibandingkan dengan tanaman jagung yang sudah memasuki fase generatif,” terangnya.
Langkah Pengendalian
Langkah yang perlu kita lakukan? serangan tinggi maka lakukan pengendalian kimiawi dengan insektisida. Tapi ingat, secara bijaksana dan hindari penggunaan berspektrum luas. Aplikasi insektisida ini diberikan di pucuk tanaman jagung karena larva S. frugiperda umumnya ditemukan di sekitar pucuk tanaman jagung.
Bahan racun diberikan dari bantuan Provinsi Banten. “Kami dorong penanganan awal oleh instansi daerah, kalau serangan sudah meluas dan sulit dikendalikan maka kami dari pusat pasti turun tangan juga,” tambahnya.(red)