KOTA BEKASI — Setelah bertahun-tahun menjadi arena “survival ekonomi rakyat” dengan lapak-lapak semi permanen yang tumbuh lebih cepat dari rumput liar, kawasan Alun-Alun M. Hasibuan akhirnya ditertibkan.
Wali Kota Bekasi Tri Adhianto memastikan area alun-alun Hasibuan kini sedang disulap menjadi venue baru warga kota dengan janji manis, joging track, pedestrian nyaman, dan taman yang katanya ramah bagi semua kalangan.
“Fungsinya kita kembalikan seperti semula, taman kota untuk masyarakat. Tidak ada lagi pedagang yang menginap atau menempati area taman,” ujar Tri penuh tekad, seolah taman ini baru saja diselamatkan dari cengkeraman pedagang sate dan es tebu.
Namun, Tri buru-buru menambahkan versi “aman politiknya”, para pedagang tidak dibiarkan menggantung nasib. Pemkot, katanya, telah menyiapkan lokasi khusus agar mereka tetap bisa berjualan dengan tertib meski belum tentu seramai dulu ketika pembeli tinggal melangkah dari kursi taman.
Proyek penataan ini diklaim bukan sekadar mempercantik ruang kota. Alun-Alun M. Hasibuan bakal dirombak menjadi ruang publik berwajah ganda: arena olahraga pagi yang instagramable sekaligus ruang edukasi sejarah.
Monumen Perjuangan Rakyat Bekasi akan tetap berdiri tegak di tengah desain kekinian, seolah ingin berkata, “Aku masih di sini, meski diapit trotoar baru dan lampu taman estetik.”
Tri tampak paham betul bahwa kebugaran warga adalah investasi politik jangka panjang. “Joging sudah jadi budaya kekinian,” ujarnya, mungkin sambil membayangkan ribuan warga Bekasi berswafoto di lintasan baru sambil menyebut nama wali kotanya di caption.
Ruang publik ini digadang-gadang akan menjadi simbol keteraturan baru: pedagang tertib, warga sehat, dan taman kembali hijau setidaknya sampai gelombang ekonomi informal berikutnya menemukan celah di balik pagar besi.
Bekasi sedang berlari. Entah menuju kota modern yang rapi, atau sekadar lari-lari kecil menghindari pedagang yang sedang mencari tempat baru.***