TANGGAMUS – Terjadinya banjir bandang dan longsor di wilayah Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus pada 9 januari 2020 lalu, penyebabnya musibah tersebut disinyalir karena faktor kerusakan lingkungan.
Salah satunya buruknya tatakelola zonasi Tambang di wilayah setempat. Hal lainnya perhatian atas reklamasi pun di nilai minim diatas lahan eks aktifitas tambang.
“Kerusakan lingkungan akibat dari banyaknya hutan yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian bahkan banyak petani hutan yang belum paham tentang pengelolaan hutan yang baik,” kata Arpan,Ketua Koalisi Ormas Peduli Lingkungan (Koligan) Kabupaten Tanggamus kemaren.
Dikatakan seharusnya pemerintah daerah bisa mempertahan hutan lindung agar tidak terjamah menjadi hutan konservasi. Apa lagi di wilayah setempat berdekatan dengan Taman Nasional Bukit Barisan artinya peran aktif pemerintah dan masyarakat harus berjalan selaras.
“Pemerintah seharusnya memberi edukasi ke masyarakat agar memanfaatkan hutan yang baik supaya kedepannya tidak terjadi banjir lagi” tukasnya Arpan. Rabu (15/1/20).
Arpan menerangkan bahwa mitigasi bencana yang dilakukan Pemkab Tanggamus masih kurang maksimal karna tidak dibarengi dengan edukasi dari hulu ke hilir meskipun dengan dilakukan program – program penanaman akan tetapi tanpa adanya kebijakan yang tegas dari Pemkab setempat sehingga hasilnya akan nilhil.
“Salah satu penyebab lain atas terjadinya bencana banjir di wilayah Kabupaten Tanggamus karena kurangnya tata kelola zonasi pertambangan yang dilakukan pengusaha tambang, yang terparah lagi para perusahaan tambang kurang memperhatikan reklamasi di lokasi bekas galian tersebut” Terangnya
Arpan menambahkan, agar wilayah Semaka dan sekitarnya tidak lagi menjadi langganan banjir setiap tahunnya, maka dibutuhkan ketegasan dan keberanian dari Pemkab Tanggamus untuk mengembalikan hutan lindung dan hutan konservasi ke asalnya
“Atas ketegasan dan keberanian Pemkab Tanggamus itu, maka persoalan bencana banjir mudah – mudahan akan terselaikan dan tidak menjadi langganan banjir ketika musim hujan” Tutupnya. (Soemantri)