Scroll untuk baca artikel
Lintas DaerahPerikanan

Empat Bulan Tanpa Ekspor Ikan Hidup, Nelayan Natuna dan Anambas Hidup Tak Lagi Segar

×

Empat Bulan Tanpa Ekspor Ikan Hidup, Nelayan Natuna dan Anambas Hidup Tak Lagi Segar

Sebarkan artikel ini
Ikan Jade Perch
Ikan Jade Perch - foto net

JAKARTA – Ekspor ikan hidup dari Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna ke Hong Kong sudah empat bulan ini mati suri, meninggalkan nelayan dan pembudidaya di dua daerah perbatasan itu lebih galau dari ikan-ikan yang tak jadi berenang ke luar negeri.

Situasi ini menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Wakil Gubernur Kepri, Nyanyang Haris Pratamura, turun langsung ke Jakarta pada Rabu (9/7/2025) untuk audiensi dengan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI, Abdul Kadir Jailani.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Dalam pertemuan itu, Nyanyang secara tegas meminta bantuan diplomatik, agar ekspor yang sudah seperti rutinitas keluarga besar ini bisa kembali mengalir seperti air laut yang mengisi kolam budidaya.

BACA JUGA :  KDM Minta BPK Jabar Audit Alih Fungsi Lahan

“Ekspor ikan hidup ini bukan sekadar jual beli. Ini denyut ekonomi masyarakat pesisir. Kalau terhenti, ya sama saja nyabut oksigen dari nelayan,” ujar Nyanyang, dengan nada lebih serius dari suara Google Maps.

Ekspor ikan hidup ke Hong Kong selama ini menjadi tulang punggung (dan insang) ekonomi masyarakat Anambas dan Natuna. Tapi sejak empat bulan terakhir, perdagangan ini mendadak macet seperti kendaraan bermotor saat banjir tapi tetap nekat lewat.

Masalahnya? Diduga berkaitan dengan regulasi ketat dari pihak Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Tapi hingga kini, penyebab resminya masih segelap dasar laut Natuna saat malam hari tanpa lampu colok.

“Sudah puluhan tahun ikan kita rutin terbang ke Hong Kong. Sekarang, kolam penuh, ikan numpuk, ekspor berhenti, pengusaha stres, nelayan nyaris pensiun dini,” keluh Nyanyang, sambil menyesap secangkir realita.

BACA JUGA :  Sepeda Motor Milik Seorang Petani di Lampura Dirampas 8 Pemuda

Wakil Gubernur Kepri meminta agar pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri segera membuka jalur komunikasi intensif dengan Pemerintah Tiongkok. Bukan hanya demi hubungan bilateral yang sehat, tapi demi iklim usaha yang tidak terus-terusan masuk angin.

Karena jika dibiarkan, ikan-ikan yang gagal diekspor bisa bikin overkapasitas kolam, frustrasi pebudidaya, dan memperparah krisis eksistensial sektor kelautan lokal.

Di balik wajah lucu seekor kerapu atau kakap yang gagal naik pesawat ke Hong Kong, ada jutaan rupiah modal, tetes keringat petani, dan harapan keluarga nelayan yang ikut tenggelam bersama berhentinya ekspor.

“Bayangkan saja, ikan-ikan itu sudah disekolahkan berenang cantik, dijaga siang malam, tiba-tiba gagal berangkat. Kami harus bagaimana?” ujar seorang pembudidaya di Anambas. “Nafkah anak istri tidak bisa dibayar dengan ikan selfie.”***