Scroll untuk baca artikel
Budaya

Enteng Tanamal Rayakan 81 Tahun dengan Buku: Musik Boleh Tua, Tapi Hak Cipta Harus Tetap Muda!

×

Enteng Tanamal Rayakan 81 Tahun dengan Buku: Musik Boleh Tua, Tapi Hak Cipta Harus Tetap Muda!

Sebarkan artikel ini
Peringatan HUT ke -81 dan Peluncuran Buku Memahami Hak Cipta dan Tata Kelola Royalti Enteng Tanamal, dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Kamis 9 Oktober 2025 - foto doc

JAKARTA — Di usia yang sudah menginjak 81 tahun, maestro musik Enteng Tanamal membuktikan bahwa semangatnya belum lekang oleh waktu. Dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-81, Kamis (9/10/2025), di Perpustakaan Nasional Jakarta.

Enteng meluncurkan buku berjudul “Memahami Hak Cipta dan Tata Kelola Royalti” karya yang tidak hanya berisi nostalgia, tapi juga kritik halus bagi dunia musik modern yang kian rumit dihitung dengan algoritma digital.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Acara yang dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon, serta sejumlah nama besar seperti Krisdayanti dan musisi senior lainnya itu, menjadi ruang refleksi tentang bagaimana musik Indonesia tumbuh, berjuang, dan kadang lupa membayar royalti pada para penciptanya.

“Musik Indonesia sekarang hebat, bisa dinikmati semua kalangan. Tapi kehebatannya tidak bisa dilepaskan dari industrinya dan industri itu berdiri di atas keringat para penciptanya,” ujar Enteng Tanamal dalam sambutannya, disambut tepuk tangan panjang.

Enteng kemudian menelusuri sejarah musik Indonesia dengan gaya khasnya lugas dan penuh kenangan. Ia mengenang masa 1940-an hingga 1960-an, ketika musik masih mewah dan hanya bisa dinikmati lewat piringan hitam yang diproduksi terbatas.

“Dulu yang bisa menikmati musik cuma kalangan atas. Kita yang di bawah cuma bisa mendengar dari jauh, karena produksinya pun hanya puluhan,” kenangnya, sambil tersenyum.

Masuk era 1960-an, industri mulai menggeliat, dan nama Enteng Tanamal menjadi bagian penting dari geliat itu. Dari bermain di band bocah hingga menjadi produser, ia menelurkan banyak karya bersama nama-nama legendaris seperti Broery Marantika, Suryani, dan Trio Yanti Bersaudara.

Namun di balik semua kisah romantik dunia musik, ada satu hal yang membuat Enteng tak pernah berhenti bersuara: ketidakadilan dalam tata kelola hak cipta dan royalti.

“Selama puluhan tahun saya di industri musik, yang paling sulit bukan menciptakan lagu tapi memastikan penciptanya diakui dan sejahtera,” tegasnya, menohok realitas yang masih sering diabaikan.

Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon memberikan penghormatan khusus kepada Enteng Tanamal yang disebutnya sebagai “arsitek kesadaran hak cipta di dunia musik.”

“Selamat ulang tahun ke-81 untuk Bang Enteng. Buku ini hadir di waktu yang tepat. Dunia musik kini berubah cepat karena digitalisasi aturan juga harus menyesuaikan. Kita tak bisa terus bernyanyi di masa depan dengan partitur masa lalu,” ujar Fadli.

Ia menambahkan, musik kini tak lagi sekadar hiburan, tapi juga sumber ekonomi budaya. “Negara-negara seperti Korea menjadikan musik sebagai diplomasi budaya. Indonesia juga bisa asal sistemnya berpihak pada pencipta, bukan hanya penikmat.”

Trilogi Kehidupan Enteng: Dari Bocah Band ke Pejuang Royalti

Ketua panitia peluncuran buku, Jhoni W. Maukar, menjelaskan bahwa buku yang diluncurkan sebenarnya merupakan bagian dari trilogi karya Enteng Tanamal.

“Awalnya ini hanya biografi, tapi beliau tidak mau buku itu sekadar tentang dirinya. Beliau ingin masyarakat juga tahu pikirannya tentang tata kelola musik yang adil,” jelas Jhoni.

Trilogi itu akan berlanjut pada dua buku lain: satu tentang perjalanan hidup pribadi Enteng dari masa kecil hingga kini, dan satu lagi tentang refleksi kehidupan bersama rekan-rekan seniman, keluarga, dan perjuangan panjang di balik layar industri musik nasional.

Acara ditutup dengan tawa, pelukan, dan nostalgia. Namun di balik suasana hangat itu, pesan Enteng tetap menggema musik Indonesia hanya akan hebat jika para penciptanya hidup dengan martabat.

“Kalau pemerintah bisa ikut goyang karena musik, mestinya juga bisa ikut bergerak untuk menegakkan hak cipta,” ucapnya.

Enteng Tanamal bukan hanya saksi sejarah musik Indonesia, tapi juga pengingat bahwa setiap nada yang kita nikmati hari ini, ada hak cipta yang menunggu dihargai.***

SHARE DISINI!