BATAM – Gubernur Kepri Ansar Ahmad, diarak sisingaan khas Sunda saat menghadiri ramah tamah dengan warga para pengurus Paguyuban Pasundan di Kota Batam, pada Sabtu 1 Juni 2024.
Kedatangan Gubernur Ansar disambut dengan menaiki Sisingaan bersama Anggota DPRD Kota Batam Yunus Muda, dari pintu masuk hingga menujutempat utama undangan, sebagai bentuk penghormatan.
“Silaturahmi seperti ini akan bisa meningkatkan tali persaudaraan antar semua. Silih asah silih asih dan silih asuh” ujar Gubernur Ansar.
Kehadiran dirinya sendiri, sejatinya bukan sebagai Gubernur Kepri, namun sebagai bagian dari keluarga besar Pasundan Kepri.
“Ibu saya juga juga berasal dari Sunda yang dulunya merantau ke tanah Melayu,”ungkap Ansar Ahmad.
Dihadapan warga pasundan di Kepri, Gubernur menyampaikan beragam capaian dan program selama dirinya menjabat sebagai kepala daerah.
Ketua Pengurus Wilayah Paguyuban Pasundan Kepri Dede Suparman mengatakan, jumlah anggota Paguyuban Pasundan di Provinsi Kepri kurang lebih mencapai 40.000 orang yang tersebar di seluruh Kepulauan Riau.
“Paguyuban Pasundan Kepri sendiri lebih banyak bergerak di bidang sosial kemasyarakatan,”tukasnya.
Termasuk melakukan aksi pemulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) secara suka rela dari Malaysia maupun Singapura ke Indonesia melalui jalur Kota Batam.
Sejarah Sisingaan
Subang menjadi daerah Jawa Barat yang kaya dengan sumber daya alam. Salah satu perusahaan yang terkenal pada masa kolonial adalah Pamanoekan en Tjiasemlanden (P&T Land).
Masyarakat Subang mulai diperkenalkan dengan lambang negara mereka, yaitu crown atau mahkota kerajaan.
Pada saat yang sama, Subang juga dikuasai Inggris yang juga memperkenalkan lambang negaranya berupa singa.
Sehingga pada saat itu, secara administrasi subang dikuasai oleh dua pihak, Belanda menguasai politik dan Inggris menguasai ekonomi.
Hal tersebut membuat masyarakat Subang tertekan secara politik, ekonomi, sosial, dan budaya, sehingga memunculkan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan Inggris.
Sikap tersebut diekspresikan secara terselubung melalui sindiran, perumpamaan, dan penokohan yang sesuai dengan keadaan mereka saat itu.
Salah satunya dengan membuat kesenian Sisingaan yang melambangkan rasa ketidakpuasan dan upaya pemberontakan terhadap kaum penjajah.
Sisingaan hanya karya seni yang diciptakan secara sederhana dan spontanitas dengan maksud menghibur anak penduduk pribumi pada saat khitanan.***