Scroll untuk baca artikel
Opini

Indonesia dan Peta Politik Timur Tengah

×

Indonesia dan Peta Politik Timur Tengah

Sebarkan artikel ini
Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 17/06/2025

WAWAINEWS.ID – Sebagai disclaimer, telaah ini didasarkan riset digital terbaru (eskalasi 2024-2025). Akurasi rigidnya perlu verifikasi lapangan melalui riset mendalam. Melibatkan pakarnya. Akan tetapi tetap saja data-data yang disajikan ini bisa dipandang cukup. Sebagai pintu telaah awal atas kondisi Timur Tengah terkini.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Bagaimana menjelaskan konflik Iran-Israil yang sedang memanas. Bagaimana antomi konflik yang terjadi. Bagaimana harusnya peran Indonesia. Bisa kita potret melalui data sederhana itu.

Pergolakan Timur Tengah bisa kita sedikit sederhanakan sebagai konflik antara penganut Syiah, Wahabi, Sunni Moderat dan Israil. Empat kekuatan itu silih berganti adu gesek dan menjadi corak dominan anatomi konflik Timur Tengah.

BACA JUGA :  Mengendus Bau Amis Komunis

Poros Syiah – Dipimpin Iran. Negara inti: Iran (Syiah Ja’fari). Sekutu/proksi: Irak (pemerintah Syiah), Hizbullah (Lebanon), Houthi (Yaman). Tujuan: Melawan pengaruh Barat, Saudi, Israel; memperkuat poros resistensi.

Poros Wahabi-Salafi – Dipimpin Arab Saudi. Negara inti: Arab Saudi (Sunni Wahabi). Sekutu: UEA, Bahrain, Mesir, Qatar (pragmatis), GCC (Gulf Cooperation Council: Dewan Kerjasama Teluk). Anggota GCC: Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Qatar, Oman, Bahrain. Karakter baru kelompok ini: Saudi aktif inisiasi diplomasi regional (plan Gaza alternatif), memperluas peran di Suriah pasca-Assad.

Sunni murni. Non Wahabi, non Syiah, non Israil. Meliputi: Yordania: Sunni tradisional, netral terhadap Israel secara publik. Turki: Sunni Hanafi & Islamis moderat, vokal kritik Israel meski ada kerjasama ekonomi. Aljazair & Tunisia: Sunni Maliki, tegas menolak normalisasi dengan Israel. Malaysia: Sunni Syafi’i, vokal anti-Israel, tidak Wahabi. (Maroko) kini sudah normalisasi dan turun dari kategori non Israil.

BACA JUGA :  Pasien Covid-19 Bertambah Jadi 134 Orang

Poros Israil, tentu rezim negara-negara barat. Walaupun perilaku Israil di Gaza telah memerosotkan kepercayaan publik barat terhadapnya. Barat masih mendua sikap soal Israil-Palestina. Tidak benar-benar pro keadilan dan HAM atas Palestina.

Dibalik sikap mendua barat terhadap Israil, terdapat negara-negara Timur Tengah membangun hubungan dengan Israil. UEA, telah melakukan normalisasi penuh hubungan diplomatiknya dengan Israil (perjanjian Abraham). Baharin: normalisasi penuh. Maroko: normalisasi dan kerjasama ekonomi. Sudan: proses normalisasi. Arab Saudi: belum resmi normalisasi akan tetapi kerjasama militer-intelijen rahasia. Mesir: damai sejak 1979, hubungan dengan Israil stabil. Yordania: damai sejak 1994 dan ada koordinasi keamanan.