LINGGA – Gelombang desakan agar investasi raksasa PT Tianshan Alumina Indonesia (TAI) segera direalisasikan semakin tak terbendung. Pemerintah Kabupaten Lingga bahkan sudah menerima kunjungan langsung Direktur Tianshan di Gedung Daerah, Kabupaten Lingga, sebagai bukti keseriusan proyek strategis itu pada pekan lalu.
Pertemuan resmi itu dihadiri langsung, Bupati Lingga, Muhammad Nizar, Wakil Bupati Novrizal, Ketua DPRD Lingga, Maya Sari, Ketua TP PKK, hingga jajaran kepala OPD. Semua terlihat kompak di meja perundingan.
Namun, di luar ruangan, masyarakat mulai gerah. Mereka menunggu bukan foto pejabat bersalaman, tapi pekerjaan nyata yang bisa mengisi panci dapur.
“Jangan sampai rakyat berteriak lebih dulu! Kami minta Presiden mengetuk pintu kementerian agar kerjasama ini cepat diselesaikan. Rakyat sudah lama menunggu, lapangan kerja makin sempit, dan investasi ini satu-satunya harapan,” tegas salah seorang tokoh masyarakat yang tampaknya sudah muak dengan kata-kata manis tanpa hasil.
Tak berhenti di situ, Ormas dan LSM setempat juga ikut menyuarakan keresahan. Menurut mereka, lambannya realisasi investasi Tianshan sama saja membiarkan rakyat terus terjebak pengangguran.
Kalau pemerintah pusat terus bertele-tele, jangan salahkan bila rakyat lebih dulu “mengetuk pintu” dengan cara yang tidak bisa ditolak.
Dialog terbuka yang digelar Pemkab Lingga, Selasa pekan lalu itu, menjadi panggung curahan hati. Bupati Nizar, Wakil Bupati Novrizal, dan Ketua DPRD Maya Sari hadir, tapi masyarakat tampaknya lebih fokus pada jawaban konkret, kapan Tianshan benar-benar jalan?
Karena janji “puluhan ribu lapangan kerja” terdengar semakin mirip tagline iklan paket data banyak kuota di brosur, habis di tengah jalan.
Investasi Tianshan disebut bakal menjadi mesin utama ekonomi Lingga. Namun tarik ulur lahan militer antara Kementerian Pertahanan dan perusahaan hingga kini masih jadi batu sandungan.
Jika dibiarkan, mimpi besar itu hanya akan jadi monumen wacana: indah dalam pidato, kosong di lapangan.
Kini masyarakat Lingga menegaskan: pusat harus turun tangan. Presiden Prabowo Subianto diminta langsung mengetuk meja kementerian. Sebab birokrasi terlalu asyik dengan kertas dan stempel, sementara rakyat sudah lama kehabisan sabar. Kalau pun janji ini lagi-lagi gagal ditepati, setidaknya rakyat bisa menulis sejarah baru: “TAI bukan singkatan Tianshan Alumina Indonesia, tapi Tunggu Aja Investasi.” ***