Jadi yang harus kita pahami dalam membaca Pemilu Turki adalah, ucapan pemimpin partai tidak selalu berbanding lurus dengan pilihan voter di akar rumput.
Pemilu Turki bukanlah perhitungan matematis. Ini pula yang akan terjadi di putaran kedua.
Menurut Yasin Aktay, Professor of Sociology at Ankara Yildirim Beyazıt University, hasil ini sejatinya tidak mengejutkan bagi yang mengikuti Turki dengan cermat di lapangan.
BACA JUGA: Hassan Rouhani Ucapkan Selamat Kepada Turki Mengenai Pemilu Lokal
Sebaliknya, ini merupakan kejutan besar bagi mereka yang mengikuti Pemilu Turki melalui media sosial atau media tertentu.
Apalagi bagi mereka yang mempercayai perusahaan polling yang melayani kepentingan CHP.
Sebagian bangsa Turki tahu bahwa perusahaan-perusahaan ini tidak ragu untuk melaporkan kepada klien Barat mereka bahwa Kilicdaroglu akan menyelesaikan tugas pada babak pertama dengan keunggulan 7-8 persen.
BACA JUGA: Fantastis, UAH Serahkan Bantuan Rp 30 Miliar Untuk Palestina
Mungkin berdasarkan laporan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan ini, media-media Barat seperti The Economist, Le Point, Le Express, Der Spiegel, dan The Independent mengabaikan semua prinsip dan etika jurnalisme dan menampilkan diri kepada pembacanya layaknya brosur CHP.
Dalam Pemilu parlemen, Aliansi Rakyat, yang terdiri Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Partai Gerakan Nasionalis (MHP), Partai Refah Baru, juga telah mencapai suara mayoritas di parlemen dengan meraih 322 dari 600 kursi. Sedangkan pihak oposisi hanya meraih 213 kursi.
Apa yang telah dilakukan Erdogan dalam Pemilu ini memang luar biasa. Saat mengarungi Pemilu, ia tetap harus berhadapan dengan pandemi, inflasi, kesulitan ekonomi akibat Perang Ukraina-Rusia, gempa bumi, dan kelelahan.
BACA JUGA: Uu Ruzhanul Bersama Buruh Serukan Dukungan Untuk Rakyat Palestina
Saya melihat setidanya ada empat faktor utama di balik kemenanga Erdogan di putaran pertama.
Pertama, unggulnya Erdogan juga merupakan kemenangan koalisi pemerintah atas kelompok separatis teroris seperti PKK dan FETO.
Banyak akar rumput dari anggota koalisi CHP yang mengambil jalan berbeda dengan elit partainya. Mereka tidak mau menyerahkan suara ke koalisi oposisi yang berada satu gerbong dengan PKK dan FETO.***