Seperti apa gejolak dan dinamika rakyat terutama menghadapi kenaikan harga BBM yang meliputi:
pertalite dari Rp. 7.650 per liter menjadi Rp. 10.000 per liter
Solar subsidi dari Rp. 5.150 per liter menjadi Rp. 6.800 per liter
Pertamax non subsidi dari Rp. 12.500 menjadi Rp. 14.500 per liter.
Dikutip dari pernyataan menteri ESDM Arifin Tasrif. Kebijakan ini berlaku tgl. 3 September 2022, mulai pkl. 14.30 WIB.
Rakyat terus menjadi bulan-bulanan tekanan hidup akibat lemahnya kinerja pemerintahan yang diisi oleh orang-orang bodoh, lemah dan korup.
Baca Juga : Menkeu Sebut 86 Persen BBM Subsidi Dinikmati Orang Kaya
Tak cukup memungut pajak tinggi dan uang jarahan dari hasil korupsi, pengelola negara terus memiskinkan rakyat secara struktural dan sistematik.
Sementara para pejabat dan penentu kebijakan, hidup bergelimang harta dan penuh kemewahan di atas penderitaan rakyat.
Kerja keras rakyat untuk sekedar “suvive” dan apa yang telah diberikan untuk negara, dibalas dengan memperkaya diri dari mengambil hak rakyat.
Sembari mengiringinya dengan tindakan intimidasi, represif dan teror bagi rakyat yang lemah.
Setelah jauh dari kemakmuran dan keadilan sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.
Rakyat kembali menjerit menyesali hidupnya, menjadi warga negara yang dipimpin oleh para bedebah dan bajingan. Setelah usai dari covid-19 yang membawa maut, kehilangan pekerjaan dan penghasilan, didera ketidakpastian hukum dan perlingungan kesejahteraan dari negara.
Rakyat kini hidup terus memasuki ranah kemiskinan yang terdalam.
Hidup sengsara ditambah kenaikan harga BBM, rezim tak ubah sedang membakar rakyat.
Apakah panasnya membuat kematian rakyat atau menjadi api yang menyala-nyala yang mengobarkan revolusi.
Pemberontakan rakyat yang berasal dari sumbu pendek kenaikan harga BBM.
Biar rakyat yang menentukan jaraknya dan sebanyak apa bensin itu menggerakannya.
Catatan dari pinggiran kesadaran kritis dan perlawanan.***