TANGGAMUS – Drama “kepsek versus wartawan” di Kecamatan Ulu Belu, Tanggamus, makin seru saja. Katanya para kepala sekolah nyaris kompak mundur gegara sering didatangi oknum wartawan saat pencairan dana BOS. Wah, kalau benar, berarti para bos-bos dana BOS ini lebih takut wartawan ketimbang takut Tuhan.
Ketua LPKNI (Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia) Tanggamus, Yuliar Baro, langsung angkat bicara. Menurutnya, kalau memang Kepseknya kerja jujur dan transparan, mestinya kedatangan wartawan nggak bikin jantung copot.
“Kalau nggak ada masalah soal pengelolaan dana BOS, ngapain risih? Jangan- janngan takut bayangan sendiri. Wartawan datang…ya disambut aja, jangan dipandang sinis, siapa tahu cuma mau ngopi sambil klarifikasi,” ujarnya, Sabtu 23 Agustus 2025.
Yuliar pun mengingatkan, Kepsek juga jangan lebay, jangan semua wartawan dipukul rata jadi “oknum”. Ada yang memang tugasnya kontrol sosial, ada juga yang memang kerjanya kontrol amplop. Nah, yang terakhir, ini jelas harus ditindak aparat penegak hukum (APH).
“Kalau ada yang modus minta uang bensin, jualan kalender, atau nawarin langganan media lebih mahal dari kuota internet, itu jelas pemerasan. Jangan malah ditakuti, laporin saja,” katanya dengan nada heran.
Tapi, sekali lagi, Yuliar menegaskan, kalau memang jujur, kenapa panik? “Biasanya yang paling takut didatangi wartawan itu justru Kepsek yang ada masalah. Kalau benar-benar bersih, kedatangan wartawan malah bisa jadi ajang klarifikasi gratis. Wong bicara apa adanya kok susah,” pungkasnya.
Sebelumnya, sejumlah kepsek di Ulu Belu sampai stres berat karena merasa dikerubuti puluhan orang yang mengaku wartawan tiap kali dana BOS cair. Malah, sembilan kepsek benar-benar angkat tangan mundur pada 2023–2024 lalu.
Ketua K3S Ulu Belu, Iskandar, mengaku para oknum punya sejuta jurus, dari “jualan berita”, “jualan barang”, sampai “jualan alasan bensin habis.” ***