Scroll untuk baca artikel
Nasional

Mahasiswa UI Goyang Kursi Gus Yahya di MWA: Dari Petisi, Zionis, hingga Kisah “Jalur Perdamaian”

×

Mahasiswa UI Goyang Kursi Gus Yahya di MWA: Dari Petisi, Zionis, hingga Kisah “Jalur Perdamaian”

Sebarkan artikel ini
Ngopi Bareng Gus Yahya di arena Muktamar ke-34 NU di Lampung, Selasa (21/12/2021)

DEPOK – Kursi Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia yang kini diduduki Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya tengah goyah. Bukan karena rayap, tapi karena ribuan mahasiswa UI mendadak kompak mengajukan petisi pencopotan.

Alasannya? Gus Yahya dianggap “lalai” ketika mengundang akademikus pro-Zionis Peter Berkowitz ke acara UI pada 23 Agustus lalu. Sejak itu, kampus kuning bukan lagi sekadar tempat skripsi ditunda, tapi juga arena debat geopolitik.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Petisi bertajuk “Dukung Pencopotan Yahya Cholil Staquf dari Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia” yang dibuat 12 September 2025 itu langsung viral. Dalam hitungan hari, sudah 2.193 mahasiswa UI menandatangani – jumlah yang kalau dipakai untuk demo, bisa bikin macet ring road Depok sampai Bojonggede.

UI Student for Justice in Palestine (UI SJP), komunitas mahasiswa yang bikin petisi, menyebut Gus Yahya tak cukup sekadar minta maaf. Mereka maunya: kursi MWA UI bersih dari “bau-bau Zionis”.

“Ini bukan cuma soal salah undang pembicara. Ini soal rekam jejak,” begitu kira-kira narasi petisi.

Jejak Digital Gus Yahya: Dari Netanyahu sampai Forum Yahudi

Mahasiswa UI ternyata rajin ngulik arsip. Mereka bongkar rekam jejak Gus Yahya yang dianggap sering main ke lapangan sebelah. Mulai dari:

  • Mengundang Berkowitz di Akademi Kepemimpinan NU 2025.
  • Mengundang Berkowitz ke Forum Agama G20 tahun 2022.
  • Kunjungan PBNU ke Netanyahu di Israel tahun 2018.

Tiga catatan itu sudah cukup bagi mahasiswa untuk melabeli Gus Yahya sebagai tokoh “ramah Zionis”.

Padahal, menurut Gus Yahya, itu semua adalah jalur diplomasi ala NU. Katanya, main ke rumah musuh bukan berarti jadi sahabat, tapi sekadar “buka jalan perdamaian”. Analogi gampangnya: mampir ke rumah mantan bukan berarti mau balikan.

Profil Singkat: Dari Leteh ke Istana

Lahir di Rembang, 16 Februari 1966, Gus Yahya dibesarkan di pesantren Raudlatut Tholibin (Leteh), keluarga besar NU. Ayahnya adalah KH Muhammad Cholil Bisri, kakak dari Gus Mus.

Kariernya menanjak cepat: pernah jadi jubir Presiden Gus Dur (1999–2001), anggota Wantimpres era Jokowi, lalu kini jadi Ketua Umum PBNU (2021–2026) sekaligus Ketua MWA UI (2024–2029).

Jaringan internasionalnya luas. Ia pernah diundang bicara di forum American Jewish Committee di Israel tahun 2018, bahkan akrab dengan Peter Berkowitz yang dikenalkan langsung oleh Mike Pompeo, eks Menlu AS. “Saya tertarik dengan pemikirannya tentang HAM,” kata Gus Yahya.

Rapat MWA UI: “Sidang Penentuan”

UI SJP memastikan petisi ini tak berhenti jadi dokumen digital. Mereka akan membawanya ke Rapat Umum MWA UI pada 16 September 2025. Jika serius, rapat ini bisa jadi lebih panas daripada debat Capres.

Kalau benar kursi Gus Yahya terguncang, itu bisa jadi sejarah baru: Ketua PBNU sekaligus Ketua MWA UI, dicopot mahasiswa karena isu Zionisme. Ironisnya, semua ini terjadi di kampus yang slogannya: Veritas, Probitas, Iustitia — Kebenaran, Kejujuran, Keadilan.***

SHARE DISINI!