wawainews.ID, Lamsel – Memasuki musim panen, sejumlah petani di Kecamatan Palas dan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, mengaku kebingungan. Pasalnya, harga gabah kering panen (GKP) ditingkat petani anjlok.
Tak hanya persoalan harga, petani juga menjerit dengan adanya serangan hama wereng yang mengakibatkan hasil produksi tanaman padi tidak maksimal.
Rohman, petani yang memiliki lahan di Desa Bandanhurip mengatakan saat ini harga GKP ditingkat petani dihargai Rp3.600-Rp3.700 per kg.
“Beda dengan musim panen sebelumnya, harga GKP mencapai Rp4.000 ke atas. Saat ini harganya sangat anjlok. Benar-benar buat petani kelimpungan karena tak sebanding dengan biaya modal dan perawatan selama ini,” kata dia, Selasa (11/6/2019).
Purwanto petani di Desa Baktirasa mengaku bukan soal harga yang membuat petani menjerit, melainkan kualitas produksi tanaman padi tidak maksimal. Dimana, musim panen kali ini tanaman padi diserang hama wereng.
“Sudah harga jual murah, ditambah kena hama wereng yang mengakibatkan bobot GKP merosot dan tidak sesuai harapan petani,” kata Ketua Gapoktan Sinar Bakti Desa Baktirasa itu.
Sementara itu, Junaidi salah satu tengkulak di Kecamatan Sragi mengatakan saat ini harga GKP anjlok dibandingkan musim sebelumnya. Dimana, untuk harga GKP varietas muncul sebesar Rp3.700 per kg ditingkat petani dan ciherang sebesar Rp4.200 per kg.
“Kalau untuk varietas padi panjang (ciherang) masih lumayan harganya. Tapi, mayoritas petani banyak yang tanam varietas padi muncul,” kata dia.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Lampost.co, anjloknya harga gabah yang terjadi di beberapa Kecamatan seperti di Kecamatan Palas, Sragi, Penengahan dan Ketapang akibat faktor cuaca dan serangam hama wereng, sehingga kualitas gabah kurang baik.
Mujiono petani di Dusun Tamanjaya, Desa Tamansari, Kecematan Ketapang, mengaku harga gabah sangat murah. “Kemarin saya minta harga GKG Rp3.600 per kg, cuma ditawar oleh agen Rp 3.200/kg, tidak jadi saya jual,” katanya kepada Lampost.co, Selasa (11/6/2019).
Menurutnya, anjloknya harga gabah pasca panen sepanjang bulan Mei dan Juni 2019 ini, membuat para petani merugi.
“Jelas rugi harga GKG di bawah Rp 4.000/kg, karena tidak seimbang dengan ongkos produksi yang mengalami kenaikan setiap tahunnya, ” ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Merosotnya harga gabah kering ditingkat petani sebesar 5,37 persen hingga 7,29 persen pada musim panen sepanjang bulan April-Juni 2019, menyebabkan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan turun 1,21 persen secara bulanan menjadi 104,03. Artinya NTP menurun, daya beli petani juga turun. (Whd/LP)