TANGGAMUS – Saat ribuan orang bersorak dalam euforia Color Run 2025 di Kota Agung, warga Pekon Belu, Kecamatan Kota Agung Barat justru terjebak dalam duka banjir yang melumpuhkan kehidupan mereka sejak Kamis (28/8) hingga Sabtu (30/8/2025).
Hujan deras membuat Sungai Way Belu yang kian dangkal kembali meluap. Rumah-rumah warga, sekolah, hingga sawah terendam lumpur. Anak-anak kehilangan ruang belajar, sementara orang tua sibuk menjemur buku dan perabot yang rusak.
Namun di saat tangis warga Belu, Pemkab Tanggamus justru sibuk menyiapkan panggung megah dan pesta warna-warni. Pemerintah daerah lebih cepat menggelar acara seremonial ketimbang menggelar aksi nyata membersihkan lumpur banjir.
Alih-alih turun tangan, Pemerintah Daerah justru tampak lebih sigap mengurus panggung acara Color Run 2025 ketimbang lumpur yang menenggelamkan buku-buku pelajaran anak-anak di SDN 1 Belu.
“Ini bukan bencana pertama. Dusun Belu Tuha, Sukajadi, Kampung Bayur sudah langganan banjir. Proposal sudah berkali-kali diajukan, tapi Pemda seakan tutup mata. Apa kami harus berenang dulu ke kantor bupati supaya diperhatikan?” sindir Jonlie, Kepala Pekon Belu.
Ironi makin terasa ketika warga menyaksikan aparat sibuk membangun tanggul di lokasi lain, sementara Belu ditinggalkan. “BPBD jangan pilih kasih. Kalau masih ada hati nurani, bantulah bersihkan SDN 1 Belu. Anak-anak kami tak bisa sekolah karena lumpur,” keluh salah satu aparatur pekon.
Warga menuding Pemda hanya piawai membagi janji, tapi gagap saat harus memberi solusi. “Rumah saya setengah meter terendam. Barang rusak semua. Anak-anak harus menjemur buku untuk bisa belajar. Sementara pejabatnya sibuk selfie di acara lari warna-warni. Tragis, kan?” kata Nasrudin, warga terdampak.
Sampai berita ini diturunkan, tak ada tanggapan resmi dari pihak kecamatan maupun BPBD. Yang jelas, di mata warga, Pemda sudah lari lebih dulu, lari dari tanggung jawab. ***