Scroll untuk baca artikel
Wisata

Pengelola Pantai Gigi Hiu Tanggamus, Angkat Bicara Soal Tarif Pemotretan

×

Pengelola Pantai Gigi Hiu Tanggamus, Angkat Bicara Soal Tarif Pemotretan

Sebarkan artikel ini

TANGGAMUS –  Nama PT Daanish Mika Salsa Tours & Travel selaku pengelola Pantai Gigi Hiu di Lampung mendapat sorotan usai tarif memotret yang mahal.

Bahkan sempat viral beberapa waktu lalu terkait tarif motret di Pantai Gigi Hiu Lampung, yang dikritik fotografer. Pengelola pun memberi penjelasan. Hal itu bermula dari tangkapan kamera fotografer asal Lampung bernama Indra Eka, viral tarif paket memotret yang cukup mahal di objek wisata Pantai Gigi Hiu, Kabupaten Tanggamus.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Dipotret oleh Indra pada hari Sabtu pekan lalu (30/1), tertulis tarif terbaru memotret di Pantai Gigi Hiu sebesar Rp 500 ribu untuk paket prewedding (1-8 orang), paket khusus fotografer Rp 250 ribu (1-5 orang) dan paket khusus videografer Rp 350 ribu (1-5 orang) di luar harga tiket masuk sebesar Rp 15 ribu per orang.

Kepala Dinas Pariwisata Tanggamus, Retno Noviana Damayanti, pun angkat bicara terkait vitalnya biaya pemotretan di Pantai Gigi Hiu.

“Gigi Hiu ini kan baru setahun ini dikelola PT DMS, dulunya kepemilikannya kan bukan punya Pak Gustam (owner PT DMS) ini. Setahun ini dia membeli lahan yang kebetulan melewati Gigi Hiu. Makanya kalau Gigi Hiunya kan punya Allah SWT. Akses jalan masuknya itu melewati lahan dia,”ujar Retno mengaku baru mengetahui hal itu dilansir dari detik.

BACA JUGA :  Beriwisata ke Cianjur Wajib Bawa keterangan bebas Korona

Belum lama berlalu, pemilik PT DMS yang bernama Agustam Syah memberikan klarifikasinya via sebuah video Youtube. Didampingi oleh Kadispar Retno, ia memberikan penjelasannya.

“Sebetulnya beberapa hari ini saya membaca semua sumber dan saya berbesar hati berpikiran positif terhadap apa yang dikeluhkan teman-teman fotografer itu terhadap kawasan wisata ini,” ujarnya membuka video.

Dalam prosesnya, Agustam membangun tempat wisata itu dan mempekerjakan sekitar 9 orang warga lokal. Dari situ, Agustam mengatakan kalau ia telah mengikuti prosedur.

“Tentu saya dalam mengoperasikan ini butuh biaya yang tidak sedikit, lalu saya mulai pelajari peraturan daerah atau perundangan yang mengatur di tempat wisata. Di situ dijelaskan harga tiket masuk 10 ribu dengan tiket parkir Rp 15-25 ribu, tapi yang kita patok masih Rp 15 ribu,” ujarnya.

Kembali ke soal tarif memotret yang dipatok Rp 250 ribu bagi fotografer di Pantai Gigi Hiu, Agustam menyebut kalau ia merujuk pada mekanisme pasar. Terlebih, hanya produk berupa spot yang bisa dijual dari Pantai Gigi Hiu saat ini.

BACA JUGA :  Pelaku Pembunuhan IRT di Semaka Serahkan Diri, Ini Tampangnya

“Setelah saya perhatikan pantai ini tak cocok untuk orang mandi. Setelah saya lihat produk yang bisa dijual adalah spot, foto, video begitu lah ya. Orang pre-wedding bagaimana saya menerapkan harga itu. Di perda kan tidak diatur,”tukas Hisyam.

Sebetulnya harga yang Rp 250 ribu itu dalam pandangan saya dan mekanisme pasar di sini yang sudah terjadi. Semenjak saya ambil alih di bulan 7 ini tak ada keluhan seperti ini, malah mereka banyak memberikan tips segala macam.

Hanya terkait kritikan dari para fotografer lanskap yang kala itu datang ke lokasi, Agustam menyebut kalau telah terjadi kesalahpahaman.

“Jadi apa yang terjadi ini kemarin saya memaklumi, tapi mungkin prosedur yang ditempuh. Di situ yang saya sayangkan ada kata-kata pungli dan segala macam itu harus diuji kata-kata itu.,”paparnya

Waktu kejadian itu mereka masuk jam 7, mestinya portal itu terkunci cuma karena lagi bangun fasilitas musholla jadi terbuka jadi teman-teman rombongan masuk saja dan petugas saya belum datang.

Ketika mereka masuk dimintai bayaran nanti-nanti, makanya ditagih berkali-kali itu karena belum dibayar. Yang kedua adalah overstay, karena mungkin keasyikan dengan keindahan alam ini saya maklum. Kenapa kok mereka mengingatkan terus sampai jam 5 karena mau pulang.

BACA JUGA :  Polinela, Didorong Kembangkan Perpaduan Wisata dan Pertanian

Atas masukan yang diterima, Agustam kembali menjabarkan sejumlah fakta. Di tengah pandemi, biaya operasional di Pantai Gigi Hiu Lampung adalah murni dari subsidinya. Jika cinta, ia meminta semua orang untuk ikut terlibat.

“Intinya gini, kalau kita cinta kita harus rawat. Perawatan yang bagus, bersih, butuh biaya. Dan selama ini saya subsidi terus, ini belum untung, mungkin saya meninggal belum untung ini,” curhatnya.

Selama pandemi, Agustam mengaku kalau Pantai Gigi Hiu hanya dikunjungi sekitar 80 hingga 100 pengunjung per hari di saat weekend. Dikali biaya karcis, jumlahnya masih tidak begitu signifikan untuk menggaji SDM dan pembangunan infra.

“Jadi kalau per bulan tarohlah 400 dengan harga tiket per orang Rp 15 ribu yang saya dapat itu Rp 6 juta. Yang harus saya kasih makan 9 orang, PT DMS terus mensubsidi. Saya tidak menggunakan SDM dari kota,” terangnya.

Lebih lanjut, Agustam ingin mengajak para fotografer untuk berkolaborasi bersama.

“Bahkan saya sudah punya rencana mau mengundang para fotografer itu. Kita buat semacam lomba, bahkan kita inisiasi dan kita asistensikan. Kita free kan, mungkin dilombakan seperti apa,” tutupnya.