JAKARTA — Genap satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, publik akhirnya mendapat kesempatan untuk memberi nilai. Sayangnya, hasilnya tak jauh berbeda dari ujian matematika masa SMA: banyak yang remedial, sedikit yang nyaris lulus.
Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (CELIOS) merilis survei nasional yang menilai kinerja para menteri dalam Kabinet Merah Putih.
Dan dari hasilnya, sepertinya Presiden Prabowo harus siap membawa penghapus besar, karena daftar “layak di-reshuffle” lebih panjang dari daftar hadir sidang kabinet.
Bahlil Lahadalia: Dari Menteri Energi, Jadi Pusat Energi Ketidakpuasan
Di urutan teratas daftar merah CELIOS, berdirilah Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dengan nilai minus 151sebuah rekor yang sulit disaingi, bahkan oleh harga batu bara saat resesi.
Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, menyebut, “Peringkat pertama yang harus di-reshuffle itu Pak Bahlil.”
Artinya, jika reshuffle kabinet adalah pertandingan sepak bola, Bahlil sudah diangkat papan pergantiannya sejak babak pertama.
Di bawahnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menempati posisi kedua dengan nilai minus 81 mungkin efek Perpres Makan Bergizi Gratis yang justru membuat gizi politik publik menurun.
Disusul Menteri HAM Natalius Pigai (minus 79), yang tampaknya masih berjuang menegakkan HAM sambil melawan persepsi publik yang keras.
Setelahnya, barisan mendekati gagal total ditempati oleh: Raja Juli Antoni (minus 56), Fadli Zon (minus 36), Widiyanti Putri Wardhana (minus 34), Zulkifli Hasan (minus 22), Budiman Sudjatmiko (minus 14), Yandri Susanto (minus 10), dan Nusron Wahid (minus 7).
Sebuah daftar yang jika dikonversi ke nilai rapor sekolah, seluruhnya sudah pasti dipanggil orang tua.
Kabinet Merah Putih, Tapi Nilainya Abu-Abu
Hasil survei CELIOS menyebut rata-rata nilai kinerja kabinet hanya 3 dari skala 10. Bahkan tak ada satu pun menteri yang berhasil menyentuh nilai sempurna.
“Kalau diibaratkan nilai sekolah, angka 3 ini jelas di bawah standar kelulusan,” kata Media Wahyudi Askar.
Angka ini menurun dari survei 100 hari pertama pemerintahan, di mana Prabowo sempat mendapat nilai 5 dan Gibran 3. Artinya, bukan cuma ekonomi yang mengalami resesi kepercayaan publik juga ikut minus pertumbuhan.
Peneliti CELIOS, Galau D. Muhammad, tak menutupi keprihatinan: “Ini rapor merah. Tidak ada cara lain kecuali evaluasi total, reshuffle kabinet, dan pangkas nomenklatur kementerian.”
Menurutnya, kabinet saat ini terlalu gemuk sekitar 140 pejabat publik terdiri dari menteri, wakil menteri, utusan presiden, hingga penasihat.
Dengan jumlah segemuk itu, wajar jika publik bertanya: “Apakah negara sedang menjalankan pemerintahan, atau sedang mengelola organisasi alumni?”
Sinyal Reshuffle: Menunggu Prabowo Menyalakan Kompor Politik
Survei ini ibarat alarm dapur: keras, mengagetkan, tapi perlu. CELIOS menegaskan, tujuannya bukan menjatuhkan pemerintah, melainkan memastikan kompor demokrasi tetap menyala.
“Kritik bukan perlawanan, tapi cermin agar pemerintah bisa melihat kekurangan,” ujar Media.