Scroll untuk baca artikel
Info Wawai

Situs Layanan Publik Kian Terancam Peretas

×

Situs Layanan Publik Kian Terancam Peretas

Sebarkan artikel ini

BANDUNG — Kebijakan Work From Home (WFH) di masa pandemi Covid-19 ternyata menimbulkan efek negatif dari sisi keamanan siber. Keleluasaan dan aktivitas online yang sering menjadi jalan bagi peretas untuk mencuri data pribadi masyarakat demi keuntungan kelompok mereka.

Demikian terungkap dalam Webinar Sandikami Mania Series#11 dari Kota Bandung pada Kamis, (22/4/2021) yang diinisiasi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat (Diskominfo Jabar).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Selama pandemi Corona, jumlah hacker meningkat. Jadi tingkat exposure dan kemungkinan kita diserang online semakin meningkat. Banyaknya waktu kosong selama WFH menimbulkan celah untuk melakukan peretasan, banyak orang mencari konten tentang hacking (di waktu senggangnya),” kata Plt Kepala Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional Badan Siber dan Sandi Negara, Adi Nugroho.

BACA JUGA :  Ini Sejarah Singkat Kapan Al-Qur'an Diturunkan ke Nabi SAW

Adi mengungkapkan, di masa pandemi banyak peretas mengubah  situs layanan publik menjadi layanan kejahatan. Selain karena memang rentan, hal ini dapat terjadi karena pengelola tidak merawat dengan baik. 

Sebelum pandemi, mayoritas peretas beraksi hanya mengubah halaman muka situs publik. Namun ketika pandemi datang, peretas sampai melakukan monetisasi pada aksi peretasannya.

“Kasus peretasan banyak hanya mengubah halaman muka situs publik, tapi tidak mendapat perhatian, akhirnya si pelaku mencuri data pribadi untuk melakukan monetisasi, agar mendapat point credit,” ungkap Adi.

Dosen STEI ITB Budi Raharjo, menegaskan, berlatih, berkoordinasi, dan merespons cepat adalah kunci dari penyelesaian sebuah insiden peretasan.

“Pemerintah harus berbagi resources untuk menyelesaikan insiden, yang menangani insiden harus diawaki oleh setidaknya 5 (lima) orang, juga harus berlatih dalam menangani insiden dan tunjuk koordinator untuk berkoordinasi ketika ada insiden misalnya peretasan web, jadi pergerakan cepat,” ujar Budi Raharjo.

BACA JUGA :  Berpuasa dengan Ihtisab?

Budi menjelaskan, peretasan dan insiden keamanan adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah sistem IT. Hal terpenting adalah kecepatan dalam merespons insiden tersebut.

“Yang membedakan adalah kapan terjadinya, seberapa besar efeknya, seberapa mahir kita mengatasinya dan yang paling penting adalah seberapa cepat respon kita dalam mengatasinya,” tutup Budi. (MM)